Chris Froome di ambang juara Tour de France 2017. Bila tak ada bencana, Froome bakal menjadi salah satu legenda di Tour de France.

MARSEILLE - Pebalap sepeda asal Inggris, Chris Froome, hampir pasti mempertahankan yellow jersey (kaus kuning) dan merebut gelar juara Tour de France (TdF) 2017 pada etape terakhir yang finis di Paris, Minggu (23/7) waktu setempat. Meski demikian Froome mengatakan bahwa memenangkan ajang balap sepeda jalan raya terbesar di dunia itu semakin sulit.

Kecuali sebuah bencana yang membuatnya gagal mempertahankan posisi pimpinan klasemen pada satu etape, kapten tim Sky berusia 32 tahun itu akan mengklaim kemenangan ketiga berturut-turut dan keempat dalam lima tahun.

Torehannya itu membuat Froome bakal menjadi salah satu legenda TdF seperti Miguel Indurain dari Spanyol, pebalap Belgia Eddy Merckx atau duo Prancis Bernard Hinault dan Jacques Anquetil - yang semuanya memenangkan balapan dengan catatan rekor lima kali.

Froome mengakui bahwa dia bukan yang terbaik. Meski demikian dia paham apa yang harus dilakukan untuk menang. "Saya pasti mendapat apresiasi baru karena betapa sulitnya bagi pebalap untuk memenangkan empat gelar Tur. Tentu itu tidak akan semakin mudah dan tahun ini merupakan persaingan yang sangat ketat," ujarnya.

"Saya tidak pernah menjadi orang yang mencoba dan menjadi seperti orang lain, karena semua orang tahu saya memiliki gaya unik dalam membalap, tapi saya menghormati semua orang karena saya tahu betapa sulitnya hal itu," sambungnya.

Froome tiba di Marseille untuk time trial pada Sabtu (22/7) dengan keunggulan 23 detik atas pebalap tuan rumah Prancis, Romain Bardet. Harapan tuan rumah itu gagal memangkas jarak setelah mengalami mimpi buruk di kota pelabuhan tua itu. Dia terhindar dari hasil yang lebih buruk karena tersusul oleh Froome sebelum garis finish di stadion sepak bola Velodrome, meskipun pemegang kaos kuning mulai start dua menit kemudian.

Bardet yang membela tim AG2R La Mondiale, yang tergelincir ke posisi ketiga di belakang Rigoberto Uran dari Cannondale-Drapac pada hari Sabtu. Persaingan membuat

Froome berupaya keras selama tiga pekan dan sempat tertinggal satu hari di Pyrenees. Sementara Froome gagal memenangkan etape saat balapan melintasi pegunungan, dia tampil bagus pada time trial dengan berada di posisi ketiga. Froome mengaku dibantu dengan baik oleh rekan satu timnya. "Saya menjadi pebalap yang lebih lengkap. Secara taktis saya masih bisa memperbaiki diri," ucapnya.

Ini adalah pertama kalinya Froome memenangkan TdF tanpa memenangkan etape, dan marjin kemenangannya adalah yang terkecil. Tapi dia mengatakan tidak peduli dengan hal tersebut.

"Taktiknya untuk balapan selama tiga pekan, hanya melepaskan diri dan tidak mencoba memaksakan diri hanya untuk memenangi satu etape," jelasnya.

"Saya sedikit kesulitan di Pyrenees dan kehilangan 25 detik di Peyragudes. Tapi biasanya hari yang buruk di pegunungan dan bisa kehilangan tiga menit. Setiap Tour itu sulit, sulit untuk mengatakan mana yang paling sulit, setiap tahun saya menderita. Tapi pasti ini yang paling sengit," sambungnya.

Mimpi Buruk

Bardet menggambarkan time trial di Marseille sebagai mimpi buruk setelah menyia-nyiakan kerja kerasnya selama

tiga pekan dan kehilangan posisi kedua klasemen umum. Pebalap berusia 26 tahun itu start pada etape melingkar berjarak 22.5km di kota pelabuhan tersebut dengan masih memiliki peluang menjadi pemenang asal Prancis pertama sejak 1985. Tapi dia gagal dan harus puas dengan berada di urutan ketiga klasemen umum, terpaut dua menit 20 detik di belakang Froome.

Pebalap tim AG2R-La Mondiale mengatakan flu yang menjangkitinya di Pegunungan Alpen menjadi penyebab penurungan kondisi tubuhnya. Dia juga mengatakan malas untuk berlatih time trial karena membosankan.

"Melewati pegunungan berpengarih pada kondisi kesehatan saya, tapi saya akan segera melupakan hasil ini. Kita semua manusia dan memiliki saat-saat sulit. Saya hanya berharap hal itu tidak terjadi pada saat yang penting," ujar Bardet.

"Kami tidak fokus pada time trial. Bagi saya, ini sedikit membosankan dan hari ini saya harus membayar mahal," sambungnya.

Bardet kemungkinan akan finis ketiga, setelah menjadi runner-up di bawah Froome tahun lalu. "Saya tidak tahu apakah ada yang akan terjadi, saya ingin bertahan di podium, lebih sulit naik podium tahun ini jadi saya tidak ingin menyia-nyiakan segalanya," tandasnya.ben/Rtr/S-2

Baca Juga: