JAKARTA - Pemerintah berencana menggeser wilayah eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) ke wilayah Indonesia Timur dari Indonesia Barat. Cara ini akan menjadi fokus tim task force yang dibentuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengejar target produksi 1 juta barel oil per day (BOPD) dan lifting gas sebesar 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD) pada 2030.

"Bagian Barat sudah sedemikan padat dieksploitasi dan eksplorasi, sedangkan bagian timur spotnya masih sedikit. Ini tantangan kita semua," tegas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Jakarta, Kamis (7/10).

Data Kementerian ESDM menunjukan dari 128 cekungan migas di Indonesia, lebih dari 50 persennya atau sekitar 71 cekungan migas berada di wilayah timur Indonesia. Cekungan itu belum tersentuh. Sehingga ke depannya, pemerintah akan fokus pada pengembangan 71 cekungan tersebut.

Kemudian, dari 128 cekungan migas, hanya 20 cekungan yang telah berproduksi. Selain itu, juga ada sekitar 40 cekungan yang pernah dilakukan pengeboran, namun belum dalam tahap komersial. Kemudian dari 71 cekungan migas di Indonesia timur, ada 41 cekungan migas yang belum pernah tersentuh untuk pengeboran.

Cadangan Besar

Cadangan migas di wilayah timur Indonesia terbilang cukup besar, seperti halnya Blok Abadi Masela. Hanya saja, karena kondisi alam serta terbatasnya infrastruktur di wilayah tersebut membuat pemerintah sulit melakukan survei seismik serta pengeboran.

Selain menggeser wilayah eksplorasi, pemerintah, terang Tutuka, telah menyiapkan beberapa strategi lainnya untuk meningkatan produksi yaitu program work routine seperti infill drilling/ step out pada lapangan eksisting dan work over/ well service. Selain itu, dilakukan percepatan transformasi resources menjadi produksi, dengan mempercepat POD baru dan POD pending.

Baca Juga: