Wabah flu burung merebak, orang-orang khawatir akan limpahan virus ke manusia. Penting memahami bagaimana dan mengapa limpahan terjadi, dan bagaimana menghentikannya.
Treana Mayer, Colorado State University
Epidemi flu burung kini telah membunuh lebih dari 58 juta unggas di Amerika Serikat (AS) hingga Februari 2023. Mengikuti jejak pandemi COVID-19, wabah besar virus seperti flu burung meningkatkan momok penyakit lain yang melompat dari hewan ke manusia. Proses ini disebut limpahan atau luapan virus (spillover).
Saya seorang dokter hewan dan peneliti yang mempelajari bagaimana penyakit menyebar antara hewan dan manusia. Pada 2022, saya berada di tim diagnostik veteriner Colorado State University yang membantu mendeteksi beberapa kasus paling awal flu burung H5N1 pada unggas di AS. Seiring merebaknya wabah flu burung tahun ini, dapat dipahami bahwa orang-orang khawatir akan limpahan virus.
Mengingat potensi pandemi berikutnya kemungkinan besar berasal dari hewan, penting untuk memahami bagaimana dan mengapa limpahan terjadi - dan apa yang dapat dilakukan untuk menghentikannya.
Cara Kerja Limpahan
Limpahan virus melibatkan semua jenis patogen penyebab penyakit, baik itu virus, parasit atau bakteri, yang melompat ke manusia. Patogen bisa menjadi sesuatu yang belum pernah terlihat pada manusia, seperti virus Ebola baru yang dibawa oleh kelelawar, atau bisa juga sesuatu yang terkenal dan berulang, seperti Salmonella dari hewan-hewan ternak.
Istilah limpahan membangkitkan gambaran tentang wadah berisi cairan yang meluap, dan gambaran ini merupakan metafora yang bagus tentang cara kerja proses tersebut.
Bayangkan air dituangkan ke dalam cangkir. Jika ketinggian air terus meningkat, air akan mengalir melewati pinggiran, dan apapun yang berada di dekatnya dapat terciprat. Dalam limpahan virus, cawan adalah populasi hewan, air adalah penyakit zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia, dan manusialah yang berdiri di zona percikan.
Probabilitas suatu limpahan akan terjadi bergantung pada banyak faktor biologis dan sosial, termasuk laju dan tingkat keparahan infeksi hewan, tekanan lingkungan terhadap perkembangan penyakit dan jumlah kontak dekat antara hewan yang terinfeksi dan manusia.
Mengapa Limpahan Itu Masalah
Meski tidak semua virus hewan atau patogen lain mampu menyebar ke manusia, tiga perempat dari semua penyakit menular baru pada manusia berasal dari hewan. Ada kemungkinan besar risiko pandemi besar berikutnya akan muncul dari limpahan, dan semakin banyak yang diketahui tentang bagaimana limpahan terjadi, semakin baik peluang ada untuk mencegahnya.
Sebagian besar penelitian limpahan saat ini difokuskan pada mempelajari dan mencegah virus - termasuk virus corona, seperti yang menyebabkan COVID-19 dan garis keturunan virus tertentu dari flu burung - melompat ke manusia. Virus-virus ini bermutasi dengan sangat cepat, dan perubahan acak dalam kode genetiknya pada akhirnya memungkinkan mereka menginfeksi manusia.
Peristiwa limpahan dapat sulit dideteksi, terbang di bawah radar tanpa menyebabkan wabah yang lebih besar. Terkadang virus yang berpindah dari hewan ke manusia tidak menimbulkan risiko bagi manusia jika virus tidak beradaptasi dengan baik pada biologi manusia. Tapi semakin sering lompatan ini terjadi, semakin tinggi kemungkinan patogen berbahaya beradaptasi dan lepas landas.
Limpahan Virus Menjadi Lebih Mungkin Terjadi
Ahli epidemiologi memproyeksikan bahwa risiko limpahan virus dari satwa liar ke manusia akan meningkat pada tahun-tahun mendatang, sebagian besar karena kerusakan alam dan perambahan manusia ke tempat-tempat yang sebelumnya liar.
Karena kehilangan habitat, perubahan iklim, dan perubahan penggunaan lahan, umat manusia secara kolektif berdesak-desakan di meja yang menahan cangkir air itu. Dengan stabilitas yang kurang, limpahan menjadi lebih mungkin terjadi saat hewan stres, berkerumun, dan bergerak.
Saat pembangunan meluas ke habitat baru, hewan liar melakukan kontak lebih dekat dengan manusia - dan, yang terpenting, pasokan makanan. Pencampuran satwa liar dan hewan ternak sangat meningkatkan risiko bahwa suatu penyakit akan melompati spesies dan menyebar seperti bola liar di antara hewan ternak. Unggas di seluruh AS sedang mengalami hal ini sekarang, berkat bentuk baru flu burung yang menurut para ahli sebagian besar menyebar ke peternakan ayam melalui migrasi bebek.
Risiko Saat Ini dari Flu Burung
Virus flu burung yang baru adalah keturunan jauh dari strain H5N1 asli yang menyebabkan epidemi flu burung pada manusia pada masa lalu. Pejabat kesehatan mendeteksi kasus virus flu baru ini yang berpindah dari burung ke mamalia lain - seperti rubah, sigung, dan beruang.
Pada 23 Februari 2023, outlet berita mulai melaporkan beberapa infeksi yang dikonfirmasi dari orang-orang di Kamboja, termasuk satu infeksi yang menyebabkan kematian seorang gadis berusia 11 tahun. Meski jenis baru flu burung ini dapat menginfeksi manusia dalam situasi yang jarang terjadi, virus ini tidak terlalu lihai melakukannya, karena tidak dapat mengikat sel di saluran pernapasan manusia secara efektif.
Untuk saat ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS berpikir ada risiko rendah bagi masyarakat umum.
Pemantauan aktif hewan liar, hewan ternak, dan manusia akan memungkinkan pejabat kesehatan mendeteksi tanda pertama limpahan dan membantu mencegah percikan virus kecil berubah menjadi wabah besar. Ke depan, para peneliti dan pembuat kebijakan dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah peristiwa limpahan dengan melestarikan alam, menjaga satwa liar tetap liar dan terpisah dari ternak, serta meningkatkan deteksi dini infeksi baru pada manusia dan hewan.
Treana Mayer, Postdoctoral Fellow in Microbiology, Colorado State University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.