Film layar lebar Rantemario karya anak bangsa yang proses produksinya mengambil sejumlah lokasi pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan akan mengikuti festival film internasional di Eropa pada akhir tahun 2023.
Film layar lebar Rantemario karya anak bangsa yang proses produksinya mengambil sejumlah lokasi pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan akan mengikuti festival film internasional di Eropa pada akhir tahun 2023.
"Kita targetkan akhir November ini proses sudah rampung, karena kami kejar tayang untuk mengikutkan film Rantemario di festival internasional Inggris dan satu juga di Jerman," ujar Executive Produser Andi Rukman Karumpa, di Makassar, Rabu.
Film Rantemario ini diproduksi oleh Cahayaditama bekerja sama Himpunan Keluarga Massenrenpulu (Hikma) Enrekang, setelah nanti resmi diluncurkan akan diputar di benua Eropa termasuk Francis dan Belanda. Untuk itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan pengurus perwakilan Hikma di luar negeri dalam hal persiapan pemutaran film tersebut di Eropa.
Ketua Umum Hikma Enrekang ini mengatakan setelah peluncuran produksi di Hotel Claro malam tadi, film ini segera dirampungkan, selanjutnya dilaksanakan peluncuran resmi pemutaran film di Eropa setelah itu dilanjutkan di dalam negeri.
Film Rantemario, ucap Rukman, telah mendapatkan dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencananya, film bernuansa cinta itu bakal diluncurkan secara serentak di 23 provinsi yang memiliki kepengurusan Hikma.
Untuk merealisasikan target tersebut, Andi Rukman berpesan kepada seluruh kru agar menjaga kebugaran dan kesehatan termasuk disiplin waktu dengan sisa waktu 45 hari ke depan merampungkan film ini secara maksimal.
Ia menjelaskan, film Ramtemario mengangkat kearifan lokal dengan lokasi syuting di lokasi pariwisata seperti Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros hingga Enrekang. Lokasi syutingnya pun berada di puncak gunung Rantemario yang masuk tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia serta di kawasan wisata Malino, Gowa dan Rammang-rammang, Maros.
Film ini kata Rukman, mengangkat cerita novel Rantemario In Love yang diterbitkan oleh Lembaga Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) tahun 2019. Sedangkan anggaran pembuatan film tersebut berkisar Rp3-4 miliar. Ia berharap seluruh pihak mendukung film yang telah memberdayakan 100 persen talenta lokal di Sulsel itu.
Pemeran utama film Rantemario, Zulkarnaini alias Jo dan Ghita Putri Catleya mengakusangat antusias karena dapat berpartisipasi pada film yang mengangkat tema drama petualangan pencinta alam dan kearifan lokal. Sebab, ini menjadi pengalaman pertama keduanya berperan sebagai pemain utama.
Ghita berperan sebagai Luna menuturkan sangat menyukai kepribadian peran Luna sebagai sosok perempuan yang diidamkan. Sedangkan Jo berperan sebagai Rainer memiliki karakter anak muda zaman sekarang yang hedon dengan latar belakang keluarga tidak utuh.
"Perannya sangat menantang karena mesti persiapan fisik. Untuk persiapan syuting di gunung, saya hampir tiap hari latihan treadmill, dan olahraga serta mencari informasi apa saja yang perlu disiapkan," kata Ghita.
Hal senada disampaikan Jo bahwa persiapan mental serta kebugaran fisik menjadi hal utama untuk dijaga, karena baru kali ini memerankan peran naik di atas gunung sekaligus syuting di sana, meski demikian ia sangat senang melakoni peran tersebut.