Untuk membantu operasi di LTS, AS telah menawarkan bantuan pada Filipina, namun Manila menolaknya dengan alasan lebih memilih untuk menangani operasinya sendiri.

MANILA - Filipina telah menolak tawaran Amerika Serikat (AS) untuk membantu operasi di Laut Tiongkok Selatan (LTS) setelah perselisihan dengan Tiongkok mengenai misi untuk memasok pasukan Filipina di perairan dangkal yang diperebutkan, kata kepala militer Filipina, Kamis (4/7)

Ketegangan di jalur perairan yang disengketakan sejak tahun lalu telah berubah menjadi kekerasan dengan seorang pelaut Angkatan Laut Filipina kehilangan satu jari dalam bentrokan terakhir pada tanggal 17 Juni yang digambarkan oleh Manila sebagai insiden tubrukan berkecepatan tinggi yang disengaja oleh kapal Penjaga Pantai Tiongkok.

AS yang merupakan sekutu perjanjian pertahanan, telah menawarkan dukungan, namun Manila lebih memilih untuk menangani operasinya sendiri, kata panglima militer Filipina, Jenderal Romeo Brawner.

"Ini sebenarnya karena kami adalah sekutu perjanjian, sehingga tawaran itu telah tersedia bagi kami sejak lama, bukan hanya karena insiden tersebut. Ya tentu saja mereka menawarkan bantuan dan mereka bertanya kepada kami bagaimana mereka bisa membantu kami dengan cara apapun," kata Jenderal Brawner. "Kami mencoba menggunakan semua opsi yang kami miliki sebelum kami meminta bantuan," imbuh dia.

Manila dan Washington DC terikat oleh Perjanjian Pertahanan Bersama (MDT) tahun 1951, sebuah pakta militer yang dapat diterapkan jika terjadi serangan bersenjata terhadap pasukan Filipina, kapal umum, atau pesawat terbang di LTS.

Konfrontasi antara Filipina dan Tiongkok di perairan yang paling diperebutkan di Asia ini semakin sering terjadi selama setahun terakhir, ketika Beijing terus menegaskan klaimnya atas jalur perairan tersebut dan Manila terus melanjutkan misinya untuk mengirimkan pasokan kepada tentara yang tinggal di kapal perang usang yang sengaja dikandaskan di sebuah dangkalan yang diperebutkan.

Beberapa pengamat, termasuk mantan wakil penasihat keamanan nasional AS menyerukan dukungan langsung Angkatan Laut AS untuk misi pengiriman pasokan tersebut. Namun Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Eduardo Ano, mengatakan Filipina ingin misi itu menjadi operasi murni Filipina.

"Ini adalah kepentingan nasional kami yang sah, jadi kami tidak melihat ada alasan bagi mereka (AS) untuk ikut serta," kata Ano.

Pakta Pertahanan

Sementara itu duta besar Jepang untuk Filipina pada Kamis mengatakan bahwa negosiasi antara Jepang dan Filipina mengenai Perjanjian Akses Timbal Balik di bidang pertahanan dan keamanan sudah hampir selesai.

"Peran Filipina dalam menjaga stabilitas dan keamanan regional tidak diragukan lagi amat penting," kata Duta Besar Kazuya Endo dalam pidatonya.

Menteri luar negeri dan pertahanan Jepang dan Filipina rencananya akan bertemu di Manila pada Senin (8/70 untuk melakukan pembicaraan yang dapat mencakup perjanjian terobosan pertahanan yang akan memungkinkan pasukan militer mereka untuk mengunjungi wilayah masing-masing.

Filipina diketahui telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara tetangga dan negara-negara lain untuk melawan apa yang mereka gambarkan sebagai agresi Tiongkok yang semakin meningkat di LTS. ST/I-1

Baca Juga: