Saat berada di Berlin, Jerman, dan bertemu dengan Kanselir Olaf Scholz, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan di LTS.

BERLIN - Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, kembali menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan di Laut Tiongkok Selatan (LTS) saat berkunjung ke Berlin, Jerman. Ia menyampaikan keprihatinan itu setelah bertemu dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pada Selasa (12/3), ketika kedua pemimpin negara itu membahas berbagai masalah termasuk konflik di Ukraina, serta hubungan dengan Tiongkok.

"Kita semua menginginkan situasi yang lebih damai di Ukraina dan juga di LTS. Meskipun sengketa di LTS bukan perang secara langsung, yang kami khawatirkan adalah meningkatnya ketegangan yang terjadi," kata Presiden Marcos Jr.

Presiden Filipina itu berharap agar Kanselir Scholz bisa ikut mengatasi ketegangan di LTS saat kunjungan Scholz mendatang ke Tiongkok.

"Kita tentu harus membahas konflik ini, seperti juga banyak lainnya yang berperan. Kami juga melakukan diskusi sangat intensif hari ini tentang situasi di Pasifik, di LTS, dan di Selat Taiwan. Dan semua ini, tentu merupakan isu-isu yang penting disana. Kalau ada hal lain itu mengejutkan," ucap Kanselir Scholz seraya mengatakan dia dan Marcos Jr telah mengadakan diskusi yang sangat intensif mengenai topik tersebut.

Kanselir Scholz juga meminta Tiongkok dan negara-negara di kawasan untuk menyelesaikan ketegangan di wilayah LTS yang disengketakan secara damai.

"Ini tentang mematuhi hukum internasional, menjamin kebebasan navigasi. Kami berupaya memastikan bahwa Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dipatuhi oleh semua pihak," kata Kanselir Scholz. "Kami ingin melakukan apa pun yang kami bisa untuk membantu menyelesaikan ketegangan dengan cara damai," tegas dia.

Oleh karena itu, menurut Kanselir Scholz, perundingan Asean mengenai tata perilaku (Code of Conduct/CoC) di LTS adalah hal yang paling penting dan deeskalasi harus selalu menjadi prioritas.

"Kita memiliki UNCLOS, kita memiliki pengadilan arbitrase yang berada di Hamburg. Keputusan penting telah diambil sepanjang tahun ini. Saya yakin sangat penting bagi setiap orang untuk mematuhi peraturan undang-undang yang berlaku," kata Kanselir Scholz.

Sementara itu, Presiden Marcos Jr mengatakan bahwa Filipina berkomitmen terhadap tatanan internasional berbasis aturan, ingin menyelesaikan masalah melalui dialog, namun juga bertekad untuk mempertahankan hak kedaulatannya.

"Kami tidak menolak usulan apa pun yang diajukan Tiongkok kepada kami, namun alasan (Tiongkok) tersebut adalah sesuatu yang kami pertanyakan," kata Presiden Marcos Jr ketika ditanya mengenai tanggapan Filipina terhadap usulan Beijing terkait persoalan maritim itu baru-baru ini.

Reaksi Beijing

Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin, pada Selasa juga menyampaikan komentarnya yang menuduh justru Filipinalah yang menolak bekerja sama dan melakukan tindakan provokatif.

"Tiongkok telah mengusulkan kepada Filipina untuk mengelola situasi maritim dan melakukan kerja sama kelautan dari perspektif hubungan bilateral serta menjaga perdamaian dan stabilitas di LTS. Hal ini sepenuhnya menunjukkan ketulusan dan niat baik Tiongkok dalam menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi dan konsultasi," kata Wang.Ant/Anadolu/AP/I-1

Baca Juga: