MANILA - Filipina dilaporkan telah melampaui negara-negara tetangganya di Asia Tenggara untuk menjadi pemimpin regional dalam proyek-proyek pembangkit listrik ramah lingkungan, dengan lebih sedikit pembatasan investasi dan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan yang menarik dana dari dalam dan luar negeri.

Perubahan yang dilakukan, termasuk mengizinkan kepemilikan asing secara penuh atas proyek-proyek energi terbarukan, telah membantu mengamankan jaringan pipa pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 99 gigawatt. Jumlah tersebut lebih dari cukup untuk memasok listrik ke seluruh rumah tangga di Filipina, dan berada di depan Vietnam dengan 86 gigawatt atau lima kali lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Dikutip dariThe Straits Times, transisi energi di negara-negara berkembang yang bergantung pada batu bara seperti Filipina akan menentukan keberhasilan upaya global untuk mencapai target net zero dan mengurangi dampak terburuk perubahan iklim. Namun, banyak negara berpendapatan menengah berjuang untuk menyeimbangkan peralihan dari bahan bakar fosil dengan meningkatnya permintaan energi dan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi.

Hanya 3 persen dari proyek energi terbarukan Filipina yang ambisius saat ini sedang dibangun. Namun hal ini merupakan sebuah langkah untuk mencapai tujuan negara tersebut, yakni meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran listrik menjadi lebih dari sepertiga pada akhir dekade ini, dari sekitar seperlima saat ini.

Pada forum energi bersih di Manila pada bulan Mei 2024, perusahaan seperti pengembang energi terbarukan yang berbasis di Oslo, Scatec, sangat antusias dengan potensi Filipina, terutama dibandingkan dengan negara tetangganya di mana masalah pendanaan dan peraturan menghambat kemajuan.

"Di banyak pasar lain, masih terdapat tantangan regulasi. Tetapi di Filipina, kami melihat banyak peluang untuk terus bertumbuh," kata CEO Scatec, Terje Pilskog.

Perusahaan lain yang terlibat dalam proyek energi terbarukan di negara ini termasuk Advantec dari Jepang, Vena Energy yang berbasis di Singapura dan perusahaan lokal Citicore Renewable Energy Corporation dan Solar Philippines New Energy Corporation.

Pemerintahan berturut-turut di negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Asia Tenggara ini telah melonggarkan pembatasan untuk proyek-proyek pembangkit listrik berskala besar.

Filipina dalam beberapa tahun terakhir telah meluncurkan strategi pengembangan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, menawarkan insentif tarif dan pajak, serta membuka sektor energi terbarukan kepada kepemilikan asing penuh.

MenurutBloomberg New Energy Finance (BNEF), semua ini membantu memacu lonjakan investasi energi ramah lingkungan sebesar 41 persen menjadi 1,3 miliar dollar AS pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.

"Minat dari pengembang energi terbarukan meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena turunnya biaya peralatan dan sektor listrik dalam negeri menjadi lebih paham tentang cara membangun dan mengoperasikan fasilitas," kata Lawrence Fernandez, kepala ekonomi utilitas di Manila Electric, pengecer listrik terbesar di negara tersebut.

Berbeda dengan banyak negara tetangganya, di mana badan usaha milik negara mendominasi pasar listrik, Filipina mengizinkan perusahaan swasta untuk mengambil bagian dalam pembangkitan dan penjualan listrik.

"Tidak ada satu pun entitas negara yang menjadi pemain dominan dan memungkinkan inovasi berkembang," kata Ramnath Iyer, pemimpin penelitian keuangan berkelanjutan di Asia di Institute for Energy Economics and Financial Analysis (Ieefa).

Aturan yang jelas, tambah dia, dalam menyambut investasi asing membuat perusahaan lebih nyaman memasukkan uang ke dalam negeri.

Filipina juga telah mengamanatkan pemasok listrik harus meningkatkan energi dari sumber terbarukan setidaknya 2,52 persen setiap tahun mulai tahun 2023, naik dari 1 persen per tahun pada tahun 2020. Hal ini merupakan kebijakan yang penting, menurut Eric Francia, CEO Filipina, unit energi milik konglomerat Ayala Corp, Acen.

"Seharusnya cukup untuk memberi insentif atau memotivasi kita untuk membangun lebih banyak pembangkit listrik energi terbarukan," katanya.

Menurut perusahaan analisis Wood Mackenzie, meskipun investasi pada kapasitas energi terbarukan diperkirakan akan meningkat di sebagian besar wilayah ini selama lima tahun ke depan, Filipina dan Malaysia diperkirakan akan memimpin pertumbuhan tersebut, sementara Vietnam, yang merupakan pemimpin saat ini, akan mengalami penurunan.

Namun, untuk benar-benar mempercepat transisi energinya, Filipina harus mengatasi serangkaian tantangan termasuk kebutuhan untuk memperluas jalur transmisi untuk mendistribusikan listrik ke seluruh kepulauan yang memiliki lebih dari 7.000 pulau. Pemerintah juga perlu memperluas kapasitas jaringan listriknya, meningkatkan penyimpanan dan menyederhanakan proses perizinan lahan.

Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, kepastian kebijakan di Filipina telah membantu negara tersebut "melompati" negara-negara lain di kawasan, kata Ramesh Subramaniam, Direktur Jenderal Bank Pembangunan Asia.

Hal ini terjadi meskipun Vietnam dan Indonesia telah menandatangani perjanjian untuk menerima miliaran dollar AS dari kesepakatan Kemitraan Transisi Energi yang Adil G-7, yang dirancang untuk membiayai transisi mereka dari batu bara dan mempercepat tanggal puncak emisi. Namun proyek-proyek tersebut tersendat karena adanya pembatasan penggunaan dana, peraturan daerah yang kontraproduktif, dan kurangnya persiapan teknis di lapangan.

Menurut BNEF, negara-negara penghasil polusi terbesar di kawasan ini kemungkinan akan mengalami peningkatan emisi hingga memasuki tahun 2030-an. Hal ini memberikan ruang bagi Filipina untuk menjadi ujung tombak pertumbuhan pembangkit listrik terbarukan di Asia Tenggara.

Namun keberhasilan negara ini masih jauh dari jaminan. Tanpa pelaksanaan yang tepat, proyek-proyek mungkin akan tertunda, dan pemerintah perlu memastikan tersedianya kapasitas jaringan listrik yang cukup dari sumber listrik yang dihasilkan, kata Iyer dari Ieefa.

"Lelang sudah selesai, proyek sudah diberikan. Sekarang pekerjaannya harus selesai," katanya.

Baca Juga: