Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa, 13 Agustus 2019.

KLHK melalui Badan Litbang dan Inovasi (BLI) terus bergerak aktif, proaktif dan progresif dalam menjawab dinamika dan kompleksitas pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan (LHK), termasuk menghadapi era industri 4.0 dan society 5.0. Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup digelar KLHK di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong (13/8) sebagai upaya strategis mengenalkan dan mempromosikan hasil iptek dan inovasi LHK. Untuk lebih menyebarluaskan informasi ini, kegiatan ini juga menggelar media dialog yang digagas Biro Hubungan Masyarakat KLHK bekerjasama dengan BLI.

Kepala BLI Agus Justianto menyampaikan, "Tingginya dinamika persoalan LHK dan terbatasnya sumberdaya, maka peran IPTEK tidak lagi cukup memproduksi dan reproduksi pengetahuan, namun harus diimbangi oleh co-produksi pengetahuan. Langkahnya yaitu mempromosikan dan mengkampanyekan, membangun jiwa kewirausahaan (entrepreneurship), memperluas jaringan kerja, serta masuk dalam area kerja virtual."

Sesuai dengan tema HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 ini yaitu SDM Unggul, Indonesia Maju, BLI KLHK terus mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil dan handal. Terlebih lagi dalam menghadapi era Industri 4.0 dimana sangat diperlukan keilmuan yang kompleks atau multi disiplin SDM dari seluruh komponen, khususnya para peneliti.

Dalam menjawab tantangan tersebut, Agus Justianto menekankan bahwa BLI KLHK saat ini mulai bekerja dalam 4 paradigma baru. Empat paradigma baru tersebut yaitu: (1) Produksi/reproduksi pengetahuan, pertukaraan dan perdebatan (kontestasi) pengetahuan dan branding; (2) Promosi, kampanye, dan advokasi; (3) Pembangunan jaringan dan memperluas jangkauan; dan (4) Masuk dalam virtual era dan society era, serta merintis komersialiasi, bisnis, marketing dan wirausaha (entrepreneur).

Agus menimbang bahwa Litbang tidak cukup lagi bergerak dalam pelayanan publik, namun diperluas dengan agenda-agenda komersialisasi dan bisnis litbang. BLI juga menginisiasi industri pengetahuan. Pemasaran (marketing) bergerak dari pemasaran secara fisik, diperkuat secara digital. Kapasitas SDM diperkaya dengan inisiatif-inisiatif wirausaha.

Selain itu, dengan keterbatasan sumberdaya baik pembiayaan dan SDM, Agus Justianto menilai perlu menyusun brand (ikon/unggulan). Branding tersebut akan memberikan label dan identitas bagi pembangun pengetahuan, sehingga inisiatif dan energi difokuskan pada brand dimaksud, baik brand institusi/lembaga maupun brand individu saintis. Hal tersebut juga sekaligus menjadi penopang agenda-agenda promosi.

Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup (Tropical Forestry and Environment Research) mengusung tema Powering Knowledge and Science for Forest, Environment, and People. Tema ini diangkat sebagai upaya menguatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak sosial untuk hutan, lingkungan, dan masyarakat. Acara ini juga sebagai peringatan 106 tahun Badan Litbang dan Inovasi yang lahir 16 Mei 1913, sekaligus peringatan ke-26 Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) yang didirikan pada 12 Agustus 1993, dimana saat ini telah memasuki paradigma kerja baru.

Selain peluncuran 4 Paradigma Baru Litbang dan Inovasi KLHK, pada acara ini juga diluncurkan pembangunan Sistem Informasi Laboratorium Lingkungan (Silapong). Sistem ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan layanan publik terkait pelayanan laboratorium P3KLL.

Festival ini disemarakkan dengan eksibisi iptek dan inovasi serta 5 side events dengan tema (1) Timbel dan Merkuri di sekitar kita oleh P3KLL; (2) IPTEK dan Inovasi Pengolahan Hasil Hutan oleh P3HH; (3) Peran IPTEK dan Inovasi LHK oleh Biro Humas; (4) Pengelolaan Gambut Tropis Berkelanjutan dan Aksi Kolaborasinya oleh P3HH; serta (5) Implementasi REDD+ Pembelajaran dari Kaltim oleh P3SEKPI dan Pemda Kaltim.

Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup turut dihadiri oleh Pimpinan Tinggi Madya lingkup BLI, Walikota Tangerang Selatan, perwakilan Pemerintah Kabupaten Bogor, Jambi, Riau dan Sumatera Selatan, para peneliti, akademisi/perguruan tinggi, serta generasi muda. Bertindak sebagai moderator pada dialog media adalah Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Djati Witjaksono Hadi yang memimpin diskusi dengan 25 media massa nasional baik cetak maupun elektronik.

Baca Juga: