Jakarta akarta akartaakarta- Pengamat astronomi dari berbagai negara seperti Arab Saudi, Oman, India dan Singapura, mendapat suguhan gerhana matahari langka, ring of fire, Kamis (26/12).

Fenomena gerhana annular itu terjadi saat posisi bulan tidak terlalu dekat dengan bumi, sehingga bulan tidak seutuhnya menghalangi sinar matahari, dan menimbulkan pemandangan berupa cincin surya tipis seperti cakram. Jenis gerhana tersebut hanya terjadi dalam satu atau dua tahun sekali, dan hanya terlihat dari sebagian belahan kecil bumi dalam beberapa dekade, sebelum pola yang sama terulang.

Bergantung dengan kondisi cuaca, fenomena astronomi tahun ini itu akan terlihat dari Timur Tengah, India bagian selatan, kawasan Asia Tenggara, dan berakhir di wilayah Pasifik utara. Ratusan astronom amatir, dan fotografer, bersiap di pelabuhan Singapura untuk menyaksikan peristiwa sekali seumur hidup tersebut.

"Yang berikutnya akan terjadi dalam sekitar 40 tahun, saya kira," kata seorang pengamat, Jason Teng, 37 tahun, yang sengaja mengambil cuti untuk mengabadikan fenomena itu.

Para astronom amatir harus menggunakan filter matahari khusus pada teleskop mereka karena tidak ada periode aman dalam fenomena gerhana matahari annular tersebut.

Seperti yang dilakukan ahli geofisika asal Jerman, yang berkeliling dunia untuk mengejar fenomena langka itu, Alexander Alin, 45 tahun. "Ini hanya dua menit, tapi sangat intens sehingga kamu membicarakannya dengan teman-teman, dan keluarga selama satu bulan ke depan," kata Alin.

Sementara itu, sejumlah orang tampak berkumpul di pantai-pantai di Tamil Nadu, India selatan, untuk menyaksikan gerhana tersebut. Fenomena langit itu bahkan berdampak pada pertandingan kriket di India, karena pertandingan antara tim Mumbai dan Rajkot, harus ditunda hingga dua jam untuk menunggu gerhan berakhir.

Pemerintah negara bagian timur Odisha, meliburkan segala kegiatan di seluruh instansi pemerintah, pengadilan, sekolah dan perguruan tinggi. Namun awan dan polusi di New Delhi telah menghalangi penglihatan terhadap gerhana, dan Perdana Menteri India, Narendra Modi menyatakan kekecewaan melalui Twitter. "Seperti banyak orang India, saya sangat antusias dengan solareclipse 2019," cuit Modi.

Sementar itu di Indonesia, ratusan orang berkumpul Gedung Planetarium, Jakarta untuk menykasikan gerhana itu dengan menggunakan kacamata pelindung yang disediakan oleh planetarium. "Saya bisa melihat gerhana pagi ini, m dan sekarang saya sangat senang melihat puncaknya meskipun sekarang mendung," kata Chandra Ayu Dewi, 39 tahun, yang telah berada di lokasi bersama anak-anaknya.

AFP/SB/AR-3

Baca Juga: