Kemunculan awan Arcus sempat mengkhawatirkan. Kemunculannya sering diikuti angin kencang, hujan lebat, hujan es, angin putting beliung serta petir. Ini sangat berbahaya bagi penerbangan.
Fenomena awan Arcus dua hari belakangan terjadi di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh. Awan ini berbentuk memanjang dan bertingkat-tingkat. Warnanya abu-abu, terbentuk di antara daratan dan lautan.
Akun twitter Arief Arbianto @masawep melakukan cuitan dengan menulis "Mohon Doanya Kota Meulaboh baik-baik saja. Pemandangan awan pagi ini di atas Kota Meulaboh, Aceh Barat," yang kemudian viral.
Bagi orang Meulaboh dan Aceh umumnya, awan mirip gelombang ini tentu saja seperti mengingatkan mereka pada peristiwa dahsyat gempa bumi yang diikuti tsunami mengerikan pada 26 Desember 2004.
Lalu awan apa yang muncul di langit Meulaboh tersebut? "Itu awan keluarganya Arcus. Tetapi di atlas awan disebut sebagai volutus," cuit Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.
Menurut lembaga meteorologi Inggris, Met Office, awan Arcus terjadi ketika aliran dingin turun dari awan kumulonimbus mencapai tanah. Udara dingin yang turun dengan cepat menyebar di sepanjang tanah, mendorong udara lembab hangat naik dan mengembun.
Pembentuk awan Arcus yang agak langka terjadi adalah awan kumulonimbus di atas yang terkait erat dengan angin kencang, hujan lebat, hujan es, Guntur, dan kilat.
"Fitur awan Arcus dapat ditemukan di antara jenis awan kumulonimbus dan kumulus," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, seperti dilansir Antara.
Bahaya Penerbangan
Arcus merupakan bagian dari awan kumuliform atau awan yang menyerupai bunga kol. Awan ini dapat menghasilkan angin puting beliung, petir, hujan ekstrem, hingga hujan es. Penerbangan harus mengindari awan tersebut harus lantaran dapat menimbulkan turbulensi yang kuat dan tersambar petir.
Tidak seperti yang dikhawatirkan oleh beberapa masyarakat Aceh, kemunculan awan tersebut bukan pertanda terjadi gempa bumi maupun tsunami. "Keberadaan awan ini murni merupakan fenomena pembentukan awan akibat kondisi dinamika atmosfer dan tidak ada kaitan dengan potensi gempa atau tsunami maupun hal-hal mistis," jelas Guswanto.
Ia menambahkan, fenomena awan Arcus terbentuk sebagai hasil ketidakstabilan atmosfer di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab. Hal itu lalu membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal atau memanjang.
Ketidakstabilan atmorfer dapat terjadi salah satunya karena fenomena angin laut dalam skala luas mendorong massa udara ke arah daratan. Meski fenomena biasa, awan Arcus dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir di sekitar pertumbuhan awan.
"Untuk mendapat informasi secara lebih jauh terkait cuaca, masyarakat diharapkan mencari informasi melalui laman BMKG, sehingga mengetahui bermacam kondisi cuara dan potensi cuaca buruk," ujar dia. hay/G-1*