FRANKFURT - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve/The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB) dapat memangkas sebanyak 90 persen dari likuiditas yang mereka pompa ke bank-bank selama satu dekade terakhir karena inflasi dan suku bunga yang tinggi membuat likuiditas ekstra tidak diperlukan.

Dalam sebuah makalah oleh para ekonom the Fed, pada Kamis (22/6), menunjukkan kalau dua bank sentral terbesar di dunia itu telah menaikkan suku bunga dengan langkah cepat untuk melawan inflasi dan melepas beberapa pembelian obligasi besar-besaran mereka, yang membanjiri bank dengan uang tunai ketika pertumbuhan harga lamban dan biaya pinjaman sudah nol.

Makalah para ekonom the Fed itu akan dipresentasikan kepada para gubernur bank sentral minggu depan dalam pertemuan tahunan ECB di Portugal. Makalah itu menyelidiki tentang berapa banyak uang tunai yang harus disimpan the Fed dan ECB dalam sistem perbankan untuk memenuhi permintaan cadangan, sekarang karena stimulus moneter tidak lagi diperlukan.

Penulisnya, penasihat senior Dewan Federal Reserve memperkirakan the Fed dapat mengurangi total cadangan dari enam triliun dollar AS saat ini menjadi sekitar 600 miliar dollar AS hingga 3,3 triliun dollar AS, tergantung pada apakah akan menerima obligasi pemerintah AS atau aset-aset yang kurang diidamkan sebagai gantinya.

Obligasi pemerintah AS dan obligasi pemerintah Jerman memiliki nilai premium di pasar karena likuiditas dan keamanannya, yang berarti bank-bank memiliki insentif yang lebih kecil untuk menukarnya dengan simpanan di bank sentral.

Demikian pula, ECB dapat menyusutkan ketentuan likuiditasnya sendiri dari 4,1 triliun euro (4,51 triliun dollar AS) saat ini menjadi 521 miliar euro, jika hanya menerima obligasi pemerintah Jerman, atau 1,4 triliun euro terhadap aset lainnya.

Tingkat Bunga

Tidak ada skenario yang sepenuhnya masuk akal dalam waktu dekat karena Fed dan ECB memiliki campuran obligasi pemerintah dan jenis utang lainnya di neraca mereka.

Makalah itu juga secara sempit berfokus pada penawaran dan permintaan cadangan dan kenyamanan relatif aset yang diterima oleh bank sentral sebagai gantinya.

Itu tidak mempertimbangkan variabel lain, misalnya ECB mulai memperdebatkan apakah akan mengubah kerangka kerjanya saat ini, di mana cadangan cukup banyak dan biaya pinjaman untuk bank disematkan pada tingkat bunga yang dibayarkan bank sentral pada simpanan.

Makalah tersebut juga tidak memperhitungkan efek samping potensial dari neraca yang besar, seperti menggelembungkan harga beberapa aset keuangan atau melemahkan insentif bagi pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal yang sehat.

"Saya memperkiraan, sebagai tolok ukur, dari mana pembuat kebijakan dapat menyesuaikan ukuran neraca naik atau turun tergantung pada pandangan mereka tentang pentingnya faktor lain," kata penulis Annette Vissing-Jorgensen dalam makalahnya, seperti dikutip Antara dari dari Reuters.

Baca Juga: