Serda Aprilia Manganang dulu dikenal sebagai atlet bola voli wanita, setelah menjalani sejumlah pemeriksaan kini ia dinyatakan sebagai pria. Diungkapkan bahwa dia mengidap penyakit yang disebut hipospadia.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa, mengatakan hipospadia yang diidap Aprilia Manganangsangat berbeda dengan transgender dan interseks. Saat ini, TNI AD tengah membantu Aprilia menjalani corrective surgery untuk mempertegas jenis kelaminnya.

"Sersan Manganang ini bukan transgender, bukan juga interseks. Tidak masuk dalam kategori itu semua. Saya tahu definisinya dan tim dokter pun tahu semua definisinya. Karena memang kelainan yang dialami adalah hipospadia. Jadi selalu kembalikan ke situ," kata Jenderal Andika di Mabes AD, Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (9/3/2021).

Beberapa fakta yang perlu diketahui tentang hipospadia, dikutip dari berbagai sumber, adalah sebagai berikut

Pengertian Hipospadia

Dikutip dari halodoc, Hipospadia adalah kondisi ketika uretra tidak berada pada posisi yang seharusnya. Uretra merupakan sebuah saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung Mr. P. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak tepat di ujung Mr. P untuk mengeluarkan urine. Namun pada hipospadia, lubang uretra justru berada di bagian bawah Mr. P.

Gejala Hipospadia

Beberapa gejala hipospadia, antara lain:

  • Lubang uretra terletak di dekat ujung, bagian tengah, atau di pangkal Mr. P (dekat skrotum).
  • Kulup yang terlihat menaungi ujung Mr. P.
  • P yang melengkung ke bawah akibat pengencangan jaringan di bawah Mr. P.
  • Percikan abnormal yang terjadi saat buang air kecil.

Penyebab Hipospadia

Hipospadia adalah kelainan yang terjadi sejak lahir. Penyebab pasti hipospadia belum diketahui hingga saat ini. Beberapa hal yang diduga menjadi pemicu hipospadia, antara lain:

  • Memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
  • Pajanan rokok atau pestisida selama kehamilan.
  • Terhambatnya kerja hormon testosteron, sehingga pertumbuhan Mr. P terganggu.
  • Usia ibu hamil di atas 40 tahun.
  • Risiko melahirkan anak dengan hipospadia lebih tinggi pada ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun dan berat badan berlebih atau obesitas. Riwayat diabetes juga meningkatkan risiko.
  • Terapi hormon tertentu untuk membantu kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko hipospadia.

Komplikasi Hipospadia

Beberapa komplikasi hipospadia, antara lain:

  • Anak kesulitan untuk belajar buang air kecil di kamar kecil.
  • Bentuk Mr. P tidak normal.
  • Gangguan akibat ejakulasi tidak normal.
  • Gangguan psikologis, akibat pengidap tidak percaya diri dengan kondisi alat vitalnya.
  • P melengkung tidak normal saat ereksi.

Diagnosis Hipospadia

Diagnosis hipospadia umumnya dapat segera ditegakkan setelah bayi dilahirkan. Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik pada Mr. P dan tidak membutuhkan pemeriksaan lain. Pada hipospadia yang parah, dibutuhkan pemeriksaan lebih mendetail untuk memastikan ada atau tidaknya keabnormalan pada alat kelamin pengidap. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pemeriksaan kromosom dan pemindaian area genital.

Pengobatan Hipospadia

Jika seorang anak positif didiagnosis hipospadia, penanganan medis belum tentu dibutuhkan. Hal ini tergantung pada tingkat keparahan hipospadia yang dialaminya. Beberapa tujuan dari penanganan hipospadia, antara lain:

  • Membuat urine mengalir keluar melalui ujung depan Mr. P.
  • Membuat Mr. P tidak membengkok ketika ereksi.
  • Membuat Mr. P terlihat senormal mungkin.

Pada beberapa kasus yang ringan, hipospadia tidak membutuhkan operasi. Namun pada beberapa kasus, dibutuhkancorrective surgeryuntuk memperbaiki posisi bukaan urethra dan meluruskan bentuk penis.

Beberapa kasushipospadia hanya butuh satu kalicorrective surgery, tetapi sebagian membutuhkan beberapa kali operasi.

Jika lubang uretra terletak sangat dekat dari lokasi yang seharusnya dan bentuk Mr. P tidak melengkung, penanganan medis secara khusus kemungkinan tidak diperlukan. Namun, jika lubang uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya, operasi pemindahan uretra perlu dilakukan.

Operasi tersebut dapat dilakukan kapan saja, tetapi masa idealnya adalah saat anak berusia 4 bulan hingga 1,5 tahun. Dokter bedah akan memposisikan uretra pada lokasi yang seharusnya. Pada bentuk Mr. P yang melengkung ke bawah karena pertumbuhan kulup yang tidak normal, dokter akan memperbaikinya, sehingga Mr. P kembali ke bentuk yang normal.

Dokter bedah juga dapat melakukan cangkok jaringan tubuh yang diambil dari kulup atau bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran urine, jika lubang uretra berada di dekat pangkal Mr. P. Jaringan dari kulup umumnya diperlukan dalam operasi ini, sehingga proses sunat sebelum prosedur rekonstruksi ini selesai dilakukan, harus ditunda.

Baca Juga: