Jerman menggandeng Denmark dalam kemitraan energi terbarukan untuk meningkatkan investasi dalam proyek pembangkit tenaga air dan angin.

Kesepakatan itu diresmikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) dari kedua negara, Annalena Baerbock selaku Jerman bersama Menlu Denmark Jeppe Kofod. Kemitraan yang disebut keduanya sebagai 'investasi ambisius untuk generasi mendatang' itu menargetkan listrik hijau dan hidrogen menjadi kerangka utama menciptakan Eropa yang lebih karbon netral.

Mengutip kantor berita internasional Jerman, Deutsche Welle (DW), melalui kesepakatan itu Kementerian Luar Negeri Jerman menjelaskan kedua negara akan berupaya secara dramatis meningkatkan proyek pembangkit tenaga angin atau yang disebut ladang angin di Laut Utara dan Baltik, untuk menghasilkan hidrogen hijau yang kemudian dapat disalurkan ke Jerman. Adapun sejauh ini, raksasa ekonomi Eropa itu telah memiliki hampir 30 ladang angin lepas pantai di Baltik dan Laut Utara dan berencana untuk beberapa lagi. Baerbock sendiri menuturkan ladang angin di Laut Baltik dapat menghasilkan lebih dari dua kali kapasitas yang dihasilkan semua pembangkit listrik tenaga batu bara yang saat ini dimiliki Jerman.

Baerbock bahkan menyebut Denmark, yang memiliki sumber energi terbarukan yang berlimpah, merupakan negara percontohan bagi Jerman yang berupaya mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina. Harga energi terus meroket karena negara-negara Eropa memacu permintaan untuk menghindari kemungkinan pemotongan pasokan gas alam mereka dari Rusia. Mengutip DW, Jerman dilaporkan tengah menghadapi krisis energi, di mana harga listrik negara itu telah melambung 10 kali lipat dalam satu tahun terakhir. Krisis energi inilah yang dinilai Baerbock sebagai titik balik pentingnya negara-negara Uni Eropa untuk berdiri bersama dalam hal pasokan energi.

Sementara bagi negara yang 70 persen pembangkit listriknya berasal dari energi terbarukan, kebutuhan Denmark atas hidrogen diperkirakan akan meningkat seiring penghentian penggunaan bahan bakar fosil. Negara ini disebut semakin membutuhkan hidrogen untuk menggerakkan industri baja dan kimianya yang berat. Atas dasar ini, negara Nordik itu akan memulai dialog untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mengangkut hidrogen melalui pipa yang menghubungkan kedua negara. Tak hanya itu, Denmark dan Jerman juga bekerjasama dalam penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kanselir Jerman Olaf Scholtz sendiri telah menetapkan negaranya untuk mencapai nol emisi karbon gas Rumah Kaca (GRK) pada 2045. Karenanya, untuk memenuhi tujuan itu, pemerintah Jerman berencana menutup pembangkit listrik tenaga batu bara yang diaktifkan kembali selama perang di Ukraina dan mengakhiri impor minyak dan batu bara Rusia. Jerman juga berencana berhenti menggunakan gas Rusia dalam dua tahun ke depan. Sementara, Denmark akan mengadakan pertemuan di pulau Bornholm di Laut Baltik untuk membahas cara-cara untuk membuat kawasan Laut Baltik bebas dari energi Rusia dan pada saat yang sama membuka jalan bagi transisi hijau yang signifikan.

Baca Juga: