JAKARTA - Erix Exvrayanto seorang wartawan yang bertugas liputan di area Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kini dirinya bukan sekadar aktif menulis sebagai jurnalis, tapi juga menjadi penulis buku.

Hal ini ditandai dengan telah terbitnya buku yang ditulis Erix Exvrayanto berjudul: "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa", di bulan Februari 2024-bertepatan momentum Hari Pers Nasional (HPN 2024).

Buku "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa" karya wartawan Pikiran Rakyat Kuningan, Erix Exvrayanto ini setebal 192 halaman dengan penerbit Deepublish Yogyakarta.

Buku "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa" merupakan hasil penelitian karya ilmiah Tesis pada waktu Erix Exvrayanto menyelesaikan studi magisternya di MIKOM UPN Veteran Yogyakarta.

Buku ini menjelaskan tentang Publisher Rights yang digagas dan dirumuskan oleh kolaborasi stakeholder pers yang terdiri dari Dewan Pers beserta konstituennya dan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai upaya penyehatan ekosistem bisnis media massa di Tanah Air.

Dalam rilis pers yang diterima redaksi Minggu (25/2) Erix menjelaskan bahwa proses perumusan Publisher Rights menurut Dewan Pers yang kemudian disebut sebagai "Media Sustaninability" tercantum dalam dua draf Rancangan Peraturan Presiden (Perpres), yakni Rancangan Perpres tentang Kerjasama Perusahaan Platform Digital dengan Perusahaan Pers untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas.

Dalam buku ini Erix menganalisis apa yang menjadi latar belakang masalah yang diteliti dengan menyimak perjalanan Tim Task Force Media Sustainability dalam sekian agenda pembahasannya melibatkan konstituen Dewan Pers, Kementrian Kominfo, perusahaan media, akademisi, dan pihak platform digital. Serta, melakukan penelitian langsung ke dua perusahaan media yakni Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) dan Ayo Media Network, secara triangulasi sumber data untuk diolah.

Dengan data yang diperoleh, Erix Exvrayanto penulis buku Buku "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa" inipembaca dapat melihat apa yang mendorong stakeholder pers mengajukan usulan Publisher Rights hingga terjadi pembahasan panjang, baik Tim Task Force Media Sustainability mengkaji regulasi serupa di luar negeri yang mengisyaratkan urgensi Publisher Rights juga baik diterapkan di Indonesia, sampai bagaimana yang relevan diimplementasikan di Tanah Air.

Dalam buku Buku "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa" ini juga membahas masalah yang berpotensi memperkeruh dunia jurnalistik di Indonesia, dimana tendensinya pada kekhawatiran ada pihak yang menunggangi kepentingan platform digital asing, kapitalisme atau kaum pemodal besar yang ingin memonopoli industri media hingga tega menggerus media kecil, bahkan tak menutup kemungkinan praktik oligarki media bermain di dalamnya bermaksud ingin mengendalikan iklim pers di Indonesia.

Buku "Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa" ini juga mendapat sambutan positif dari Ketua Dewan Pers Dr. Ninik Rahayu, SH., MS., kemudian Wakil Ketua Dewan Pers Muhamad Agung Dharmajaya, lalu Ketua PWI Jawa Barat H. Hilman Hidayat, dan testimoni baik dari Dirjen IKP Kementerian Kominfo RI Usman Kansong, S.Sos., M.Si.

Sambutan Ketua Dewan Pers

Terbitnya buku Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa yang ditulis Erix Exvrayanto, merupakan partisipasi publik, serta menjadi masukan mengenai urgensi dan relevansi "Perpres Jurnalisme Berkualitas" yang sampai tulisan ini disusun belum disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia.

Dalam buku ini, penulis menggambarkan dinamika industri media massa di Tanah Air, mulai tantangan baru hingga ancaman terhadap keberlanjutannya. Serta, menaungi aspirasi dari praktisi jurnalistik yang ditelitinya dari kegelisahan beberapa wartawan dan pengelola media, dimana menuntut adanya negosiasi terhadap pihak platform digital.

Implikasi praktis buku ini, memberikan sumbangsih positif bagi para pengelola media massa di Indonesia, di samping dapat mengetahui mengapa "Perpres Jurnalisme Berkualitas"harus diusulkan dan begitu urgen diterapkan sesuai kultur serta iklim media di Indonesia.

Bagi publisher atau penerbit yakni pengelola media massa Tanah Air, buku ini dapat menjadi gambaran untuk membuat model bisnis media massa yang adaptif, kolaboratif dan transformatif konvergensi media dalam menghadapi disrupsi yang ditimbulkan platform digital. Buku ini juga di samping harapannya bisa menambah wawasan para pebisnis media dalam menyikapi disrupsi media baru, diharapkan dapat melengkapi literatur pustaka atau referensi bagi dunia pendidikan.

Kendati dalam buku ini menemukan kronik-kronik masalah yang dihadapi wartawan hingga kantor pemberitaan, namun terdapat kekurangan seperti dari pembahasan tentang pihak platform digitalkurang komprehensif. Karena yang disandingkan baru sebatas data Google saja, walaupun Google menjadi platform digital yang paling banyak digunakan oleh khalayak di Indonesia. Oleh karena itu, buku ini diharapkan pula mendorong penulis ataupun peneliti untuk mengkaji topik serupa dengan jangkauan objek penelitan lebih luas lagi.

"Selamat Erix Exvrayanto untuk karya bukunya. Bagi pembaca, selamat menyemai pemikiran tentang perkembangan jagat media massa, semoga dapat membuahkan pandangan hingga kebaruan ide dan gagasan mendukung jurnalisme berkualitas di Indonesia," ucap Ninik Rahayu.

Sambutan Wakil Ketua Dewan Pers

Keberlanjutan ekosistem bisnis media massa juga membutuhkan kebijakan yang mendukung keberagaman dan inovasi. Dalam konteks ini, pembuat konten dari latar belakang yang beragam perlu diberi ruang untuk berkembang, dan pengiklan harus didorong untuk mendukung konten yang mencerminkan keberagaman masyarakat. Peran pemilik platform menjadi sangat penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung ekosistem yang inklusif dan memastikan representasi yang seimbang dalam dunia media.

Negosiasi di platform digital juga dapat berperan dalam mengatasi tantangan yang muncul seiring perkembangan teknologi. Perubahan algoritma, peraturan privasi, dan tren konsumen dapat mempengaruhi dinamika ekosistem bisnis media massa.

Dengan melakukan negosiasi yang terbuka dan berkelanjutan, semua pihak dapat beradaptasi dengan perubahan ini dan mencari solusi bersama untuk menjaga kesehatan dan keberlanjutan industri.

Hadirnya buku Publisher Rights di Indonesia: Negosiasi terhadap Platform Digital, Upaya Penyehatan Ekosistem Bisnis Media Massa yang ditulis oleh Erix Exvrayanto ini menjadi relevan. Penulis menggambarkan dinamika industri media massa di Indonesia. Buku ini menonjol karena pendekatannya yang holistik terhadap isu-isu yang diangkat.

Tidak hanya berkutat pada aspek hukum, seperti ditunjukkan pada bagian 11, buku ini juga menggali pembahasan berbasis pendekatan ekonomi (bab 10), dan perubahan budaya media massa di era konvergensi (bab 2, 4, dan 6) yang memiliki dampak signifikan terhadap iklim industri media massa di Indonesia.

Pentingnya buku ini terletak pada kontribusinya yang sangat berharga dalam literatur yang berkaitan dengan media massa dan publisher rights di Indonesia.

Buku ini bukan hanya menjadi panduan bagi mereka yang ingin memahami bagaimana iklim industri media massa di negara ini berjalan, tetapi juga menawarkan solusi konkret bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memberikan regulasi yang konkret terkait publisher rights yang relevan untuk iklim media di Indonesia sekaligus menjadi jalan terang untuk menyelamatkan industri media massa yang serba hegemonik dan monopsonis.

"Selamat Erix dan bagi pembaca, selamat menerima wawasan yang terkembang. Salam," ucap M. Agung Dharmajaya.

Sambutan Ketua PWI Jawa Barat

Publisher right perlu tegas dan jelas dalam mengatur hak-hak penerbit, termasuk hak eksklusif mendistribusikan, mempublikasikan, dan memanfaatkan konten berita. Hal ini penting agar penerbit dapat melindungi karya dari penyalahgunaan platform digital.

Saat ini mesin pencari sebagian besar mengumpulkan karya jurnalistik tanpa izin dari penerbit, sehingga cukup merugikan. Padahal, karya jurnalistik yang diterbitkan melalui proses dan berbiaya.

Meski demikian, publisher right harus adil dan berimbang antara penerbit maupun platform digital. Sehingga keduanya terjadi mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain.

Saat ini penerbit karya jurnalistik sangat beragam mulai dari skala mikro hingga besar. Keduanya perlu dilindungi, sehingga akan membuat karya jurnalistik di Indonesia bisa lebih beragam dan kualitas informasi yang tersedia di ruang digital.

Buku ini memberikan perspektif tambahan bagi pengelola media tentang bisnis media masa kini. Juga masukan untuk perusahaan platform digital supaya lebih bertanggung jawab dengan melakukan perbaikan yang menjadi lebih saling menguntungkan dalam berbagai hal.

Buku ini diharap pula memberikan masukan bagi unsur-unsur masyarakat dan komunitas pers Indonesia tentang langkah-langkah terbaik yang perlu dilakukan demi menjaga ruang publik tetap menjadi wilayah yang beradab dan beretika.

"Selamat kepada Erix Exvrayanto yang telah menulis karya buku ini. Untuk para pembaca, semoga bisa memperoleh kebaruan pengetahuan yang bermakna dalam buku ini," ucap Hilman Hidayat.

Testioni Dirjen IKP Kominfo RI

Mendambakan terjaganya jurnalisme berkualitas di tengah ekosistem bisnis media yang timpang ibarat menanam "padi di padang pasir." Disadari atau tidak, platform digital telah menciptakan ketergantungan dan ketimpangan dalam ekosistem bisnis media.

Publisher Rights dirancang untuk menciptakan ekosistem bisnis media yang berkeadilan dan berkesetaran demi merawat jurnalisme berkualitas.

"Buku ini kiranya membahas dari hulu ke hilir proses pembentukan publisher right tersebut," ungkap Usman Kansong.***

Baca Juga: