ABU DHABI - Transisi energi menjadi hal penting dalam pengambilan kebijakan global saat ini dan jalur energi terbarukan bakal mendukung pembangunan dunia yang berkelanjutan dan lebih adil. Hal ini terjadi karena transisi energi akan merevitalisasi lanskap perekonomian dengan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.

"Selama kita tetap berada pada jalur inovasi, kolaborasi, dan tekad, kita dapat mencapai masa depan energi berbasis energi terbarukan yang akan mendukung pembangunan berkelanjutan, dunia yang berkelanjutan dan lebih adil," kata Direktur Jenderal Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (Irena), Francesco La Camera saat membuka Sidang Majelis Umum ke-14 Irena,

Sidang Umum ke-14 Irena digelar di tengah amplifikasi pesan global dari KTT Iklim COP 28 Dubai, November 2024, mengenai pentingnya peningkatan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi pada 2030 untuk mencegah kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat celcius.

Seperti dikutip dari Antara, Camera mengatakan dunia saat ini memasuki era baru di mana t r a n sisi energi menjadi bagian penting dalam transformasi ekonomi.

Pengembangan transisi energi, kata Camera, akan membawa peluang baru yang dapat merevitalisasi perekonomian dan meningkatkan kehidupan masyarakat dunia, terutama untuk keluar dari jerat kemiskinan.

"Beberapa tantangan dapat kami antisipasi, namun beberapa tantangan lainnya tidak dapat kami antisipasi," ujarnya.

Sidang Umum ke-14 Irena ini turut dihadiri oleh perwakilan pemerintah Indonesia yang dipimpin Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.

Komitmen Kuat

Sebelum menghadiri sidang umum ke-14 Irena, Dadan menjelaskan Indonesia tidak bergabung dalam suara-suara mengenai upaya peningkatan tiga kali lipat kapasitas energi terb a r u k a n pada 2030. Namu n , Indonesia memiliki komitmen s a n g a t kuat untuk menc apa i emisi nol pada 2060 atau lebih cepat.

Dadan menekankan upaya penurunan emisi, dan penurunan gas rumah kaca adalah tanggung jawab semua pihak. Namun, target global perlu agar tidak mengatur pencapaian negara demi negara karena masing-masing negara memiliki keperluan dan kemampuan terkait situasi domestik. Terlebih, target global tersebut tidak boleh membuat suatu negara menjadi tidak fleksibel.

"Kita ingin target global ini juga tidak masuk ke wilayah bagian negara ini harus sekian, negara ini harus sekian," ujarnya.

Presiden Sidang Majelis Umum ke-14 Irena, Jimmy Gasore dalam pembukaan sidang umum, menjelaskan KTT Iklim COP-28 pada November 2023 lalu telah membawa kemajuan bersejarah melalui Konsensus UEA, yang di dalamnya seruan untuk melipatgandakan energi terbarukan dan efisiensi energi pada tahun 2030.

Ia menguraikan penambahan kapasitas energi terbarukan telah menemukan rekor tertinggi pada 2023, namun masih jauh dari kebutuhan.

"Kita harus memodernisasi dan memperluas infrastruktur energi kita. Kita harus merancang dan mengadaptasi kebijakan yang luas dan lintas sektoral untuk memastikan transisi energi tetap menjadi inti strategi nasional kita," kata dia.

Baca Juga: