JAKARTA - Kemajuan ekonomi harus berjalan seimbang antara upaya menyejahterakan masyarakat, namun tetap mengupayakan pelestarian lingkungan agar keseimbangan planet bumi tetap dipertahankan.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, saat berbicara pada "The 8th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference and Call for Papers" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (5/10), mengatakan kemajuan ekonomi tidak bisa hanya diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi bagaimana mengoptimalkan pertumbuhan itu dengan melestarikan lingkungan atau ekonomi hijau.

Dengan demikian, kesejahteraan manusia dan kemajuan ekonomi bisa tercapai, namun tetap menjaga keseimbangan.

"Jadi, jangan justru dihancurkan, jaga keseimbangan dengan menjaga kemajuan ekonomi dan tetap melestarikan lingkungan hijau," kata Perry.

Selain menjaga keseimbangan, juga harus dibarengi dengan kelancaran distribusi. Apalagi, saat ini dunia sedang menghadapi ketidakteraturan, stagflasi, penurunan pertumbuhan ekonomi global, serta inflasi yang sangat tinggi akibat gangguan pada energi dan pangan.

Hal itu, kata Perry, karena energi dan pangan global saat ini tidak terdistribusi secara merata. Sebanyak 20 persen energi dan pangan dimonopoli oleh negara tertentu. Sebab itu, penting menumbuhkan PDB yang dibarengi dengan ketercakupan yang merata, terutama di Indonesia, Asia, serta beberapa negara-negara berkembang.

"Kita tidak bisa hanya selalu mengandalkan mekanisme pasar dan peran pemerintah untuk kemajuan distribusi, karena ada batasnya," tegas Perry.

Ramah Lingkungan

Pengajar dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, berpendapat dalam mewujudkan ekonomi hijau harus ditopang pemakaian produk-produk yang ramah lingkungan seperti renewable energy, mengurangi sampah, serta memanfaatkannya untuk energi.

Selain itu, pemerintah harus mendukung ekonomi sirkular karena nilai ekonominya akan meningkat dari hasil mengelola sumber daya yang berpotensi merusak lingkungan seperti limbah plastik.

"Kebijakan pemerintah harus mengarah ke sana, misalnya mengenakan cukai untuk penggunaan plastik dan mendorong penggunaan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan serta memberi insentif pajak," kata Esther.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, mengatakan pembangunan ekonomi jangan hanya diukur dari pertumbuhan PDB, tetapi harus menambahkan unsur yang berkelanjutan, seperti lingkungan hidup, harapan hidup, tingkat kematian, dan sebagainya yang sering diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

"Pertumbuhan ekonomi dengan memasukkan unsur lingkungan hidup adalah pertumbuhan yang berkelanjutan dan bersifat jangka panjang dan bisa dilakukan secara bertahap," pungkas Suhartoko.

Baca Juga: