Emma Raducanu menjadi petenis perem­puan Inggris pertama dalam 44 tahun yang mampu menjuarai ajang grand slam, ­sekaligus termuda sejak Maria Sharapova pada 2004.

NEW YORK - Petenis remaja Inggris, Emma Raducanu, menorehkan sejarah terbesar tenis dunia. Raducanu menjadi petenis kualifikasi pertama yang merebut mahkota Grand Slam dengan mengalahkan petenis Kanada, Leylah Fernandez, pada laga final tunggal putri AS Terbuka di Arthur Ashe Stadium, Minggu (12/9) dini hari WIB.

Petenis berusia 18 tahun itu adalah wanita Inggris pertama dalam 44 tahun yang memenangkan mahkota Grand Slam. Dia mengalahkan petenis kidal berusia 19 tahun Fernandez 6-4, 6-3 untuk merebut hadiah utamasebesar 2,5 juta dollar AS(35,5 miliar rupiah).

"Saya tahu saya harus menggali lebih dalam," ujar Raducanu. "Itu adalah pertandingan yang sangat sulit tetapi saya pikir levelnya sangat tinggi. Saya harus memainkan beberapa permainan tenis terbaik saya," sambungnya.

Itu adalah pencapaian yang menakjubkan bagi petenis peringkat 150 dunia yang sebelumnya tidak dikenal. Dia juga tidak kehilangan satu set pun dalam tiga pertandingan kualifikasi dan tujuh pertandingan putaran utama selama dua pekan dalam penampilan yang luar biasa untuk usianya yang masih remaja.

Raducanu adalah juara Grand Slam termuda sejak Maria Sharapova dalam usia 17 tahun pada 2004 di Wimbledon.

Belum ada sejak Virginia Wade pada tahun 1977 di Wimbledon, seorang wanita Inggris merebut gelar tunggal Grand Slam. Raducanu juga menjadi orang Inggris pertama yang mengklaim mahkota AS Terbuka sejak Wade pada tahun 1968.

Ratu Elizabeth II termasuk orang pertama yang memberikan penghormatan atas kemenangan luar biasa Raducanu tersebut. "Ini adalah pencapaian luar biasa di usia yang begitu muda, dan merupakan bukti kerja keras, dan dedikasi Anda," ujar ratu Inggris itudalam sebuah pernyataan.

Wade dan legenda tenis putra Inggris, Tim Henman, termasuk di antara 23.700 penonton yang hadir menyaksikan pertandingan final tersebut. Kerumunan penonton itu menciptakan suasana meriah di Stadion Arthur Ashe dalam final Grand Slam putri pertama antara pemain yang tidak diunggulkan.

"Sangat berarti memiliki Virginia di sini dan juga Tim, memiliki legenda dan ikon Inggris seperti itu, untuk mengikuti jejak mereka. Itu memberi saya keyakinan bahwa saya benar-benar bisa melakukannya," ujar Raducanu.

Raducanu memiliki catatan penamipan di Grand Slam paling sedikit dari pemenang tunggal putri sebelumnya. Dia mencapai putaran keempat pada bulan Juli di Wimbledon dalam satu-satunya penampilan di Grand Slam sebelumnya.

Fernandez Bangga

Fernandez, peringkat 73, telah menggulingkan juara bertahan Naomi Osaka, peringkat kedua Aryna Sabalenka, dan unggulan kelima Elina Svitolina dalam perjalanan epiknya ke final. "Saya sangat bangga dengan diri saya sendiri dengan cara saya bermain selama dua pekan terakhir," ujar Fernandez.

"Saya berharap bisa kembali ke sini di final dan memiliki trofi yang tepat," sambung Fernandez sambil menangis dan memberi penghormatan kepada New York saat kota itu menandai peringatan 20 tahun serangan 9/11.

"Saya tahu ini sangat sulit pada hari ini untuk New York. Saya hanya ingin mengatakan saya berharap saya bisa sekuat dan tangguh seperti New York selama 20 tahun terakhir," tandasnya.

Raducanu adalah juara AS Terbuka termuda sejak Serena Williams yang berusia 17 tahun pada 1999. Dia juga juara putri AS Terbuka pertama yang tidak kehilangan satu set pun sejak Serena Williams pada 2014.

Pertandingan ajaib itu adalah final Grand Slam antara dua remaja pertama sejak Williams mengalahkan Martina Hingis yang berusia 18 tahun untuk gelar AS Terbuka 1999.

"Kami berdua bermain tenis tanpa rasa takut selama dua pekan," Raducanu. "Saya berharap kami berhadapan satu sama lain di lebih banyak turnamen dan mudah-mudahan di final," sambungnya. ben/AFP/S-2

Baca Juga: