Medali emas yang diukir di Olimpiade Paris 2024 oleh Veddriq Leonardo merupakan impian yang terwujud sekaligus menjadi kemenangan Indonesia, sesuatu yang luar biasa. Mentalitas juara bak Mike Tyson menjadi kunci atas keberhasilannya meraih medali emas.

Veddriq Leonardo mengukir sejarah manis untuk Indonesia dengan meraih emas pertama di Olimpiade Paris 2024 pada cabang olahraga panjat tebing nomor speed climbing putra.

Veddriq berhasil menang di partai final dengan catatan waktu 4,75 detik, mengalahkan wakil Tiongkok, Wu Peng.

Langkah Veddriq mendapatkan medali emas di Site d'escalade du Bourget, Paris, pekan lalu, terbilang mulus karena sejak elimination seeding sampai final belum pernah kalah.

Dia mengalahkan wakil tuan rumah, Bassa Mawem, dalam babak penyisihan sebelum kemudian menyingkirkan rekannya, Rahmad Adi Mulyono, pada babak eleminasi.

Ia lalu mengalahkan lagi Mawem dalam perempat final, kemudian atlet Iran, Rezza Ali Pour, dalam semifinal, dan kemudian Wu Peng.

Terkait pencapaian yang sangat membanggakan itu, wartawan Koran Jakarta, Benny Mudesta, berkesempatan mengungkap kunci sukses atlet kebanggaan rakyat Indonesia tersebut.

Berikut petikan wawancaranya.

Sebelum final, Anda sudah mengetahui bahwa Rajiah Salsabilah, atlet panjat tebing putri Indonesia, sempat gagal mendapatkan medali. Bagaimana kondisi mental Anda saat itu? Apakah sempat tertekan menjelang partai final?

Untuk tertekan tidak, tapi saya kurang puas dengan hasil yang dicapai oleh tim putri. Ada sedikit kekecewaan karena sebenarnya kita bisa, tetapi persaingan di nomor speed sangat ketat dan kekalahan hanya tipis, sekitar 0,0 sekian detik. Hal ini menjadi motivasi buat saya agar bisa tampil lebih maksimal mewakili Indonesia di panjat tebing.

Jadi, Anda tidak merasa tertekan, malah mendapatkan semangat baru. Apakah ada strategi khusus untuk mempersiapkan penampilan final Anda? Latihan khusus atau apa yang Anda lakukan saat itu?

Untuk partai final, pelatih memberikan masukan khusus karena harus berhadapan dengan lawan dari tuan rumah. Pelatih memberikan arahan agar lebih tenang, rileks, dan fokus.

Jadi, mental yang kuat dan kesiapan mental sangat penting untuk final.

Ada foto menarik yang menunjukkan poster dengan gambar Menara Eiffel dan tulisan "Olympic Dream". Bisa diceritakan makna di balik poster itu?

Waktu pertama kali gabung di pelatnas panjat tebing, salah satu yang kami lakukan adalah membuat dream table. Saya memvisualisasikan Menara Eiffel sebagai tempat tujuan untuk meraih prestasi dan mengingat dukungan dari orang-orang yang berpengaruh dalam perjalanan saya.

Jadi, Anda sudah memiliki ambisi untuk mendapatkan emas ketika membuat dream table itu?

Ya, saat saya gabung di pelatnas, saya sudah membuat ambisi untuk Olimpiade. Saya sangat fokus pada persiapan untuk Olimpiade.

Ada satu lagi foto menarik yang menampilkan Mike Tyson. Apakah Anda nge-fans atau ada hubungannya dengan mentalitas juara?

Saya nge-fans dengan Mike Tyson karena mentalitas juaranya. Dia adalah juara dunia termuda di masanya dan banyak cerita serta pengalaman yang dibagikannya sangat memotivasi, termasuk bagi saya sebagai atlet panjat tebing.

Saat di final, bagaimana perasaan Anda saat melihat papan timer berubah menjadi hijau, tanda juara?

Yang pasti, saya langsung merasa sangat senang. Akhirnya mimpi kami, mimpi kita bersama Indonesia, terwujud. Membawa medali emas untuk Indonesia di nomor speed climbing adalah sesuatu yang luar biasa.

Saya melihat pelatih, Coach Hendra, dan rekan-rekan Anda di bawah papan, mereka semua terharu. Apakah Anda melihat mereka atau bagaimana perasaan Anda saat itu?

Ya, saya melihat Coach Hendra dan rekan-rekan dari Indonesia sudah nangis, sangat terharu. Meskipun saya sulit mengekspresikan emosi saya secara langsung, di dalam hati saya merasa campur aduk antara bahagia, senang, dan terharu. Tapi secara ekspresi, wajah saya tetap datar. Waktu di sekolah juga teman saya mengejek saya, 'Ini orang muka triplek, enggak ada ekspresi.' Tapi, ya sebenarnya saya senang dan terharu juga apalagi ada coach, teman-teman semuanya terharu, ditambah tuan rumah Prancis juga malah ikut merayakan kemenangan Indonesia, jadi itu luar biasa.

Kembali ke pertanyaan tadi. Di Olimpiade Paris kali ini, beban Anda cukup berat, karena sebelumnya atlet speed climbing putri kita gagal meraih medali dan Anda adalah satu-satunya wakil di kuarter final. Bagaimana Anda mengatasi tekanan ini, terutama mengingat kegagalan di Asian Games sebelumnya?

Saya mencoba untuk melihat dukungan dan harapan masyarakat Indonesia sebagai motivasi. Saya fokus pada diri sendiri dan tidak terlalu memikirkan lawan saat pertandingan. Ini membantu saya untuk tampil dengan performa terbaik.

Menurut Anda, apa kunci kemenangan Anda di Olimpiade Paris ini?

Saya rasa doa dan dukungan dari masyarakat Indonesia sangat berperan penting. Dengan banyaknya doa dari seluruh Indonesia, saya merasa mendapatkan energi positif yang sangat berharga. Ini juga merupakan hasil dari kerja keras tim, pelatih, dan dukungan dari semua pihak.

Emas ini selain untuk masyarakat Indonesia, ada orang spesial yang ingin Anda persembahkan?

Tentu, ini untuk Coach Hendra Basir dan seluruh tim kepelatihan yang telah berjuang bersama kami. Juga untuk kedua orang tua saya, Bapak, dan Ibu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan penuh. Teman-teman atlet juga berperan penting dalam pencapaian ini.

Apa yang ingin Anda sampaikan untuk seluruh rakyat Indonesia yang mendukung Anda dari awal hingga akhir?

Terima kasih atas doa dan dukungannya. Dukungan kalian membuat kami bisa meraih medali emas ini. Ini adalah sejarah bagi tim panjat tebing Indonesia di Olimpiade. Terima kasih atas kepercayaan kalian.

Apa momen paling menegangkan saat berkompetisi di Olimpiade Paris 2024?

Momen paling menegangkan adalah saat bertemu tuan rumah, Prancis. Antusiasme penonton dari Prancis sangat luar biasa, dan lawan dari Prancis membawa keluarga besar, sehingga sangat menegangkan. Melawan tuan rumah bukanlah hal yang mudah, terutama karena lawan sudah berpengalaman di dua Olimpiade sebelumnya. Saya perlu fokus dan ketenangan.

Apakah suasana Kota Paris sempat mengganggu Anda?

Suasana Kota Paris tidak mengganggu sama sekali, malah memotivasi saya. Bertemu atletatlet dari berbagai negara memberi pengalaman baru. Di Paris, saya merasa mudah beradaptasi karena suasananya mirip dengan Indonesia, baik suhu maupun jadwal makan. Kami sudah berada di Paris seminggu sebelum pertandingan, dan makanan di village sangat cocok untuk lidah Indonesia. Pertandingan di Paris sangat inspiratif. Saya merasa beruntung bisa berkompetisi di level dunia dan melihat dedikasi serta kerja keras atlet lain. Ini adalah pengalaman pertama saya di Olimpiade dan saya sangat bersyukur.

Ada rumor Anda sempat "diculik" sebelum pertandingan. Bisa diceritakan apa yang terjadi?

Sebenarnya bukan diculik, tapi lebih ke menjaga ketenangan sebelum pertandingan. Kami mempersiapkan diri lebih awal dan mengurangi komunikasi yang tidak perlu untuk menjaga fokus. Melihat kembali penampilan saya, saya sangat senang bisa memberikan tontonan menarik. Semua pemanjat melakukan yang terbaik, dan waktu catatan di bawah 4,8 detik adalah hal yang luar biasa.

Apa yang Anda rasakan saat mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang?

Saat mendengar lagu Indonesia Raya, saya merasa sangat terharu. Meskipun saya tidak tahu bagaimana mengekspresikannya, saya sangat senang, terutama melihat reaksi coach dan teman-teman.

Apakah kehadiran keluarga cukup memotivasi atau malah sebaliknya?

Kehadiran mereka bukanlah beban, melainkan sebuah inspirasi dan semangat tambahan. Mereka membuat saya merasa lebih tenang dan bahagia saat bertanding. Kita semua merasa sangat bangga dengan pencapaian ini. Panjat tebing menjadi cabang olahraga pertama yang dipertandingkan di Olimpiade, dan kami bisa mempersembahkan medali untuk Indonesia. Kami berharap bukan hanya ucapan terima kasih, tetapi juga dukungan berkelanjutan untuk atlet Indonesia.

Kini kita beralih ke cerita awal hingga Anda tertarik menekuni cabor panjat tebing. Bisa diceritakan bagaimana itu bisa terjadi?

Saya berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Awal mula saya terlibat dalam panjat tebing adalah saat saya duduk di bangku SMA kelas 1. Saat itu, saya bergabung dengan organisasi pencinta alam di sekolah dan dikenalkan dengan olahraga panjat tebing oleh pembina saya. Saya mulai mengikuti perlombaan antar siswa dan SMA. Pada awalnya, saya menggeluti bouldering karena kategori ini lebih dikenal dan berkembang di sekolah- sekolah. Saya berlatih bouldering dan beberapa tahun kemudian, fasilitas speed climbing mulai dibangun. Saya pun mencoba berlatih di kategori ini karena speed climbing mengandalkan kecepatan. Ini berarti kita harus sering melakukan pengulangan gerakan dan kadangkadang melibatkan sesi imajinasi di luar latihan untuk membayangkan pergerakan dan teknik finishing.

Apa kompetisi pertama yang Anda ikuti?

Kompetisi pertama saya di SMA adalah di Sispala, namun saat itu saya gagal total. Pada masa awal menjadi atlet daerah, saya merasa bingung harus fokus pada pendidikan atau olahraga. Saya memang sudah mulai fokus pada panjat tebing, tetapi belum didukung secara maksimal untuk mengikuti event-event nasional. Itu adalah salah satu tantangan terbesar saya sebagai atlet.

Selain Olimpiade, apa kompetisi yang paling berkesan?

Salah satu kompetisi paling berkesan bagi saya adalah di tahun 2020 di Amerika Serikat, di Satellite City. Pada saat itu, meskipun pandemi membuat situasi sulit, kami memasang target untuk memecahkan rekor dan alhamdulillah berhasil. Dalam final nomor speed climbing, saya berhasil meraih medali emas dengan catatan waktu 6,33 detik, mengalahkan wakil Austria, meskipun sempat tergelincir saat mendekati puncak. Perunggu diraih oleh Kosali dari Italia. Penghasilan medali emas ini datang menyusul pencapaian dunia speed climbing yang mencatat waktu 5,10 detik di kualifikasi. Bagi saya, ini adalah sebuah kehormatan besar dan tanggung jawab yang diamanahkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya Pelatnas Panjat Tebing. Saya berusaha memaksimalkan semua potensi dan tenaga untuk meraih podium.

Bagaimana pendidikan formal yang Anda tempuh apakah masih berhubungan dengan panjat tebing?

Saya memilih jurusan keguruan dan ilmu pendidikan dengan Prodi PGSD, karena pada dasarnya saya ingin menjadi guru.

Hal apa yang membuat Anda jatuh cinta dan menyenangi panjat tebing dan berkompetisi di luar negeri?

Kesenangan saya dalam bertanding dan bertemu atlet berprestasi dari luar negeri membuat kami dikenal sebagai bangsa yang besar dalam olahraga panjat tebing, khususnya di nomor speed climbing. Namun, sebagai atlet pelatnas, kami juga merasakan tantangan, seperti jauh dari keluarga, teman, dan saudara-saudara di Indonesia.

Apa rencana selanjutnya usai Olimpiade?

Saya akan kembali ke Kalimantan Barat untuk persiapan mengikuti PON 2024 yang berlangsung mulai 8 September mendatang di Aceh dan Sumatera Utara. Selain itu juga mulai mempersiapkan diri tampil di Asian Games 2026 di Nagoya, Jepang. Saya masih memiliki urusan yang belum tuntas usai belum berhasil membawa pulang medali emas Asian Games. Saat di Asian Games 2022 Hangzhou saya tersandung pada babak semifinal dan harus puas dengan raihan medali perunggu di nomor individual. Prestasinya di Olimpiade Paris 2024 ini menjadi motivasi tambahan untuk bertanding pada Olimpiade Musim Panas 2028 di Los Angeles, Amerika Serikat. Kita unggul dari negara unggulan seperti Amerika (Serikat) dan Tiongkok, itu memberikan motivasi tambahan bagi saya untuk Olimpiade di LA 2028 nanti.

Bagaimana dengan bonus enam miliar rupiah yang diterima. Akan digunakan untuk apa?

Ya, niat yang pasti yang utama nih buat orang tua dulu, orang tua juga pasti pengen ibadah haji gitu kan. Prioritas kedua untuk penggunaan bonusnya diperuntukkan untuk kebutuhan keluarganya dan terakhir untuk membantu memajukan olahraga panjat tebing di Indonesia. Kemudian, buat keluarga dan juga buat panjat tebing sendiri gitu minimal punya kontribusilah dari apresiasi yang telah diberikan. Itu buat kemajuan olahraga panjat tebing juga.

Riwayat Hidup*

Nama Lengkap : Veddriq Leonardo

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 11 Maret 1997

Cabang Olahraga : Panjat Tebing

Nomor : Men's Speed

Prestasi :

  • 2016: Medali Perunggu, Kejurnas Kelompok Umur 2016 Bangka
  • 2017: Medali Perunggu, Kejurnas FPTI XVI 2017 Yogyakarta
  • 2018: Medali Perunggu, IFSC World Cup Moscow (Russia)
  • 2019: Medali Emas, The Belt and Road ICMT Qinghai (Tiongkok)
  • 2019: Medali Emas, Asian Championship 2019 (Bogor)
  • 2019: Medali Perak, Asian Championship 2019 (Bogor)
  • 2019: Medali Emas, PRA-PON XX Zona 3 (Sulawesi Selatan)
  • 2021: Medali Emas, IFSC Climbing World Cup Salt Lake City (USA)
  • 2023: Medali Emas IFSC Climbing World Cup 2023 di Seoul, Korea Selatan

*berbagai sumber/koran jakarta/and

Baca Juga: