Pendiri dan CEO SpaceX Elon Musk menuturkan ia berencana mengaktifkan Starlink, yang dinilai mampu meningkatkan akses orang Iran ke internet sebagai tanggapan atas tindakan keras pemerintah negara Islam itu.

Diketahui, sejak kematian Amini, pemerintah Iran dilaporkan terus berupaya meredam aksi demonstrasi yang telah menewaskan setidaknya 185 orang, termasuk membatasi pemberitaan dan peningkatan sensor media sosial dan komunikasi digital lainnya. Akibatnya, banyak tokoh masyarakat telah menyatakan dukungannya untuk meningkatkan kebebasan internet dan arus informasi yang bebas di Iran termasuk Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken.

Melalu akun Twitter, Blinken menuturkan pemerintah AS telah mengambil langkah-langkah yang lebih luas untuk memberi warga Iran akses yang lebih besar ke komunikasi digital untuk melawan sensor pemerintahannya sendiri.

Starlink sendiri telah menyediakan layanan serupa ke Ukraina selama invasi Rusia yang sedang berlangsung. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Futurisme dan outlet lainnya, menyediakan layanan internet Starlink kepada orang-orang Iran akan memerlukan terminal fisik Starlink dan layanan berlangganan, yang saat ini tidak tersedia untuk orang Iran.

Secara terpisah, raksasa operator satelit dunia, Eutelsat mengklaim gangguan atau jamming terhadap dua satelitnya berasal dari Iran. Dalam rilis resminya, perusahaan yang berdiri pada 1977 itu mengklaim bahwa sinyal gangguan "mempengaruhi transmisi beberapa saluran TV dan radio digital yang disiarkan dalam bahasa Persia dari luar Iran, serta saluran lainnya.

Setelah melakukan analisis independen menggunakan "sistem deteksi interferensi yang dirancang khusus," Eutelsat yakin bahwa sinyal interferensi berasal dari dalam Iran, di mana gangguan sejenis itu dilaporkan terjadi dengan membombardir satelit dan/atau penerimanya dengan noise pada frekuensi radio yang sama dengan transmisi yang dimaksudkan.

"Sebagai hasil pengukuran yang dilakukan dengan sistem deteksi interferensi yang dirancang khusus, Eutelsat menyimpulkan bahwa transmisi uplink dari semua operator interferensi ini berasal dari Iran," bunyi pernyataan Eutelsat seperti dikutip Koran Jakarta pada Senin (10/10).

Tuduhan itu muncul saat protes atas kematian seorang wanita kurdi, Mahsa Amini (22) setelah ditahan karena dianggap berpakaian tidak pantas oleh polisi moral Iran, masuk minggu ketiga.

Eutelsat juga telah memberitahu otoritas terkait di Iran dan menuntut agar operasi jamming segera dihentikan secara permanen. Menurut pernyataan itu, Eutelsat telah memberitahu pihak berwenang Iran bahwa jenis jamming yang disengaja ini secara eksplisit dilarang oleh International Telecommunication Union (ITU) yang merupakan badan khusus PBB untuk teknologi informasi dan komunikasi. Jamming dilarang dalam Radio Regulations (RR) No. 15.1 yang menyatakan bahwa "semua stasiun dilarang melakukan transmisi yang tidak perlu, atau transmisi sinyal yang berlebihan, atau transmisi sinyal palsu atau menyesatkan.

Baca Juga: