Elon Musk akan merancang roket yang dinamai 'Bahtera Nuh Futuristik' sebagai misi penyelamatan makhluk hidup Bumi dari kiamat. Musk akan membuat roket tersebut untuk diluncurkan ke Mars.

Musk menjelaskan roket buatannya itu terinspirasi dari Bahtera Nabi Nuh. Ia mengatakan perlu untuk mengembangkan roket Bahtera Nabi Nuh tersebut lantaran mengingat sumber daya Bumi semakin berkurang dan perubahan iklim yang semakin buruk sebagai tanda-tanda kerusakan Bumi.

Program ini bertujuan untuk mengeluarkan karbon dioksida atau CO2 dari atmosfer dan mengubahnya menjadi bahan bakar roket. Teknologi pengubah CO2 menjadi tenaga pendorong roket Starship ini dinilai baru.

"SpaceX memulai program untuk mengambil CO2 dari atmosfer dan mengubahnya menjadi bahan bakar roket," ujar Musk lewat Twitternya.

Kendati demikian, Musk tidak membeberkan secara detail teknologi Starship yang akan datang. Ia pun tak ragu dalam mengembangkan teknologi tersebut. Ia menegaskan hal ini harus segera dilakukan lantaran dirinya meyakini bahwa Bumi akan berakhir.

Musk berkeinginan untuk membawa kehidupan ke Mars. Tak hanya manusia, tapi Musk menginginkan roket-roket Starship membawa hewan untuk melakukan perjalanan ke Mars.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, pria berusia 50 tahun itu berencana mendaratkan roket SpaceX di Mars dalam lima tahun ke depan. Namun rencana pendaratan di Mars dengan membawa hewan itu menjadi bahan kritikan oleh para ilmuwan.

Seorang ilmuwan yang berbasis di Los Alamos di New Mexico, Roger Wiens menegaskan bahwa Mars hanya memiliki atmosfer CO2 yang mana hanya bisa menjadi tempat untuk menumbuhkan tanaman. Dengan catatan tanaman itu harus dalam kondisi hangat dan disiram.

Namun apabila Mars dijadikan tempat untuk memelihara hewan, lokasi itu menjadi tempat yang mengerikan lantaran hewan membutuhkan oksigen untuk bernafas. Para ahli tetap skeptis dan dengan cepat menunjukkan tantangan besar dalam memelihara ternak di planet tanpa oksigen.

"Manusia mungkin cukup pintar untuk menggunakan sistem pernapasan oksigen, tetapi apakah seekor hewan akan cukup pintar untuk menyesuaikan sistem seperti itu? Saya rasa tidak begitu. Akan berakhir dengan banyak hewan mati," tutur Wiens dikutip dari Daily Mail.

Baca Juga: