Pemerintah harus menjaga produksi dalam negeri sehingga tak perlu lagi melakukan tambahan impor beras pada tahun ini.

JAKARTA - Cuaca ekstrem El Nino memicu perubahan musim tanam di sejumlah daerah. Pemerintah meminta daerah (pemda) fokus meningkatkan produksi di wilayahnya masing-masing mengantisipasi kekurangan stok pangan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, mengatakan El Nino sejauh ini telah menyebabkan dampak langsung terhadap sektor pertanian, di antaranya kekeringan, perubahan musim tanam, serangan OPT, serta risiko produksi produktivitas.

"Karena itu, kami telah menyiapkan sejumlah strategi mulai dari gerakan percepatan tanam dan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman, hingga gerakan penanganan dampak perubahan iklim (DPI)," jelasnya di Jakarta, Senin (7/8).

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Eugenia Mardanugraha, mendorong pemerintah menjaga produksi, biar tak perlu lagi melakukan tambahan impor beras pada tahun ini. Eugenia sangat berharap bahwa semua komoditas pangan bersumber dari produksi sendiri.

"Kalau bisa semua jenis pangan itu, jangan berasal dari impor. Kita perkuat saja produksi domestik. Pemerintah jangan kasih izin impor," tegasnya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memastikan kebutuhan beras dalam menghadapi cuaca buruk El Nino dalam kondisi aman. Kepastian ini disampaikan usai menerima laporan langsung terkait kesanggupan Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) dalam memenuhi cadangan beras nasional sebanyak 200 ribu ton.

"Sesuai perintah Bapak Presiden, kita akan mempersiapkan beras konkret dan Pak Gubernur (Herman Deru) menyanggupi 200 ribu ton dari Sumatera Selatan untuk Indonesia," ujarnya melalui keterangannya saat meninjau tanam padi perdana Gerakan Nasional El Nino di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (7/8).

Dia mengatakan, selain beras daerah Sumsel juga akan mempersiapkan lahan tetap atau lahan eksisting yang masih memiliki air kurang lebih sekitar 150 ribu hektare (ha). Selanjutnya lahan tersebut diproyeksikan menjadi lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan.

"Lahan itu akan kita sentuh dengan teknologi untuk selanjutnya bisa menjadi lumbung bagi Sumatera Selatan," katanya.

Posisi Aman

Secara nasional, kata Mentan, kondisi pangan Indonesia berdasarkan neraca yang ada berada pada posisi aman. Sebagai contoh, pada Agustus ini masih memiliki lahan panen sekitar 850 ribu hektare. Bahkan lahan tersebut masih akan bertambah pada Bulan September selanjutnya.

"Neraca pangan kita baik, tetapi ini ektrem cuaca yang tidak boleh kita sepelekan. Berdasarkan neraca yang ada pada bulan Agustus ini kita masih punya 850 ribu hektare siap panen," katanya.

Gubernur Sumsel, Herman Deru menyampaikan di daerahnya produktivitasnya sudah 2,9 juta ton dan sekarang sudah sanggup dengan peningkatan luas tanam dan panen jadi 3 juta ton. "Kita juga berhasil menjalankan kredit usaha rakyat (KUR) dengan serapan hampir 100 persen," katanya.

Baca Juga: