JAKARTA - Dampak cuaca ekstrem El Nino terhadap perekonomian dikhawatirkan makin meluas. Karena itu, antisipasi dini harus serius dilakukan untuk menghindari bertambahnya angka kemiskinan dan pengangguran.
Selain mengancam produktivitas dan pasokan komoditas pangan, El Nino juga berpotensi mengancam tenaga kerja sektor pertanian. Selama ini, tenaga kerja di sektor pertanian menyumbang hingga 29,3 persen dari total tenaga kerja nasional.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, menyoroti buruknya kinerja sektor pertanian pada kuartal I-2023. Tanpa antisipasi dini, sektor pertanian bakal kian terpuruk pada pertengahan tahun karena dilanda cuaca ekstrem El Nino.
Pada kuartal I-2023, terang Bhima, sektor pertanian ini turun tajam hanya mampu tumbuh 0,3 persen dari periode sama tahun lalu atau year on year (yoy). Padahal, tahun ini, El Nino baru mulai berdampak ke produktivitas tanaman pangan hingga perikanan.
"Pemerintah harus segera benahi sektor pertanian dengan berbagai program mulai dari penurunan biaya pupuk, logistik, hingga bantuan modal yang masif," tegasnya.
Dia pun berharap agar pemerintah bisa mengendalikan inflasi setelah Lebaran terutama sisi pasokan baik pangan maupun transportasi. Adapun sektor pertanian sendiri tercatat memiliki 40,6 juta orang tenaga kerja per Februari 2023, atau menyerap sebesar 29,3 persen total tenaga kerja nasional.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) akan membentuk gugus tugas dalam menghadapi El Nino atau kemarau ekstrem. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino kemungkinan mulai terjadi sekitar Juni dan mencapai puncaknya pada Agustus.
"Saya meminta untuk dibentuk gugus tugas di setiap wilayah. Kita semua harus duduk bersama untuk merumuskan semuanya, dimulai dari pemetaan wilayah, konsep kelembagaan, hingga rencana aksinya," ungkap Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat melakukan rapat koordinasi bersama pejabat Kementan dan aparatur pemerintah daerah melalui teleconference pada Senin (22/5).
Menurut Syahrul, gugus tugas berbasis wilayah penting untuk segera dibentuk. Setiap wilayah membutuhkan penanganan yang berbeda.
"Ada wilayah kategori hijau yang tidak terdampak sehingga produksinya tidak terganggu. Tapi, ada juga wilayah kategori kuning dan merah yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Setiap pemerintah daerah harus jeli membaca kebutuhan wilayahnya," jelasnya.
Manajemen Air
Manajemen air untuk kebutuhan pertanian menjadi titik krusial dalam menghadapi El Nino. Setiap daerah diminta untuk menampung air sehingga pada saat El Nino terjadi, ketersediaan untuk menanam bisa tercukupi.
Selain manajemen air, Syahrul meminta daerah juga memperhatikan varietas yang digunakan. Untuk menghadapi El Nino, varietas yang disarankan adalah bibit tahan kekeringan.
Untuk pemupukan, daerah diharapkan dapat menerapkan metode pemupukan berimbang. "Pengembangan pupuk organik harus dilakukan secara masif dengan tetap seimbang menggunakan pupuk kimia tidak lebih dari 50 persen," tutur Syahrul.
Dalam menghadapi El Nino, dirinya meminta semua jajaran Kementan dan pemerintah daerah bersiap untuk hal yang terburuk seraya tetap menjaga optimisme. "Kita bersiap dengan mengambil prediksi terjelek, tapi jangan sampai melemahkan kita," tegas Syahrul.