Perjalanan musik dari Avhath masih terus berlanjut setelah berhasil melepas single bertajuk "Return to Sender" bersama Remedy Waloni dari The Trees and The Wild sebagai co-produser bulan maret 2023 silam. Lalu pada tanggal 27 September kemarin, band Metal asal Jakarta ini baru saja merilis single terbarunya yang bertajuk "to my disquiet".

Lagu "to my disquiet" ini menceritakan tentang perjalanan batin yang kompleks di kehidupan manusia yang seringkali menghadapi ketakutan, penyesalan, dan kesedihan. Meskipun begitu, di lagu ini juga menunjukkan bahwa di balik semua kesengsaraan itu masih ada upaya untuk mengambil kembali cahaya dan secercah harapan.

Dilansir dari Billboard Indonesia, Ekrig selaku penulis lirik lagu, menjelaskan bahwa di lagu tersebut menawarkan pesan tentang seseorang harus menanamkan sifat keberanian yang terkandung di dalam diri nya untuk menghadapi masa lalu dan terus melaju menuju masa depan yang lebih baik, meskipun jalannya memang dihantui dengan banyak tantangan yang terus menerus berdatangan.

Di dalam lagu yang penuh emosional ini juga Avhath berkolaborasi dengan musisi yang memiliki gaya musik eksperimental yang dipadukan dengan suara-suara sederhana, yaitu Kuntari. Avhath dan Kuntari telah menjalani proses workshop selama dua hari pada Oktober 2023 silam, dan dari hasil workshop tersebut mereka telah menghasilkan 3 lagu demo, dan sepakat untuk memilih Lafa Pratomo sebagai produser nya.

Tesla Manaf atau yang biasa akrab dipanggil sebagai Kuntari turut menceritakan bahwa di lagu ini Avhath telah memberikan kebebasan impresi yang tetap pada jalur narasinya. Ciri khas kesederhanaan dari Kuntari pada bagian melodi-melodi yang tertanam di dalam lagu ini memberikan kesan yang proporsional. Pukulan-pukulan yang dihasilkan dari rebana ini juga memberikan rasa "keberingasan", serta kehadiran dari sang produser yaitu Lafa Pramono membuat semua hal ini terangkum dengan apik.

Bagi Lafa Pramono, salah satu orang yang terlibat dari lagu ini juga menceritakan bahwa di lagu "to my disquiet", menampilkan pola yang tidak lazim untuk band-band metal seperti Avhath. Lafa pada awalnya berasumsi bahwa penentuan ritmik dengan ketukan 6/8 ini sulit untuk ditangkap oleh tubuh untuk dijadikan sebagai gerakan kebebasan berekspresi ketika mendengar musik-musik kencang, namun, ketika ia berhasil menyelesaikan tahapan musiknya itu, ia justru berpikiran terbalik. Rupanya keinginan tubuh untuk bergerak ketika mendengar lagu ini cukup besar.

Lafa juga menggunakan pendekatan-pendekatan yang sangat krusial pada lagu ini. Ia memilih frekuensi yang Avhath dan Kuntari hasilkan sehingga dari keduanya memiliki ruang pribadi masing-masing dan menciptakan suatu kesatuan yang ideal. Sound yang digunakan serta proses mixing dan mastering juga turut dihadirkan demi menggabungkan dua latar musik yang berbeda.

Keseluruhan dari lagu "to my disquiet" ini memang lebih menonjolkan elemen emosional yang kuat dan penuh dengan metafora yang diiringi dengan musik bernuansa gelap serta ketukan rebana yang sangat menghantui perasaan orang yang mendengarnya. Hal ini jelas mencerminkan tentang pertarungan batin yang memiliki keinginan untuk sembuh dari rasa kepedihan.

Baca Juga: