JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah jelang akhir pekan ini meskipun pelemahannya bersifat terbatas. Pelemahan dipengaruhi kenaikan ekspektasi inflasi di Amerika Serikat (AS) sehingga akan mendorong bank sentral setempat (The Fed) menaikkan kembali suku bunga acuannya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (1/9), bergerak di kisaran 15.200-15.300 rupiah per dollar AS dengan kecenderuangan melemah terbatas.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam penutupan perdagangan, Kamis (31/8), ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.230 rupiah per dollar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah yang terbatas terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi data ekonomi Tiongkok terkait manufaktur Tiongkok yang masih terkontraksi.

"Data Tiongkok yang walau kurang lebih sesuai dengan ekspektasi, namun manufaktur masih terkontraksi dalam 5 bulan terakhir," ujar dia di Jakarta, kemarin.

Data aktual Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Tiongkok mencapai 49,7 atau hampir mendekati ekspektasi sebesar 49,1. Adapun data Tiongkok terkait jasa mencapai 51 dengan ekpektasi 51,1.

Baca Juga: