Eksekusi mati 4 aktivis demokrasi Myanmar menuai reaksi. Selain diprediksi akan menghambat penyelesaian krisis politik, juga akan semakin memanaskan situasi jika terjadi aksi pembalasan terhadap junta.

YANGON - Eksekusi terhadap empat aktivis demokrasi oleh junta Myanmar bisa menjadi hambatan serius untuk menyelesaikan krisis politik negara itu. Hal itu diutarakan sejumlah analis dan pengamat pada Selasa (26/7).

Eksekusi itu dilaporkan media milik pemerintah,The Global New Light of Myanmar, pada Senin (26/7) yang melaporkan bahwa aktivis Kyaw Min Yu, Phyo Zeya Thaw, Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw, telah dihukum mati tanpa melaporkan metode eksekusinya pada Sabtu (23/7) lalu di Lapas Insein, Yangon.

Tindakan junta mengeksekusi para aktivis demokrasi itu menuai kecaman luas dari pemerintah Barat, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean), kelompok hak asasi internasional dan aktivis demokrasi yang berbasis di Myanmar, serta pemerintah bayangan serta pasukannya yang melawan junta.

"Proposal yang didukung Asean untuk dialog yang akan mencakup semua pemangku kepentingan di Myanmar, sekarang lebih kecil kemungkinannya daripada sebelumnya, karena eksekusi telah mengurangi minat oposisi dalam resolusi damai," kata seorang analis politik bernama Kyaw Saw Han pada Selasa.

"Rencana Asean, yang sedang dipromosikan oleh komunitas internasional, untuk bertemu dengan pemimpin NLD yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, dan kemudian bertemu dengan junta serta semua yang terlibat dalam konflik untuk mencari solusi, akan tertunda," ucap dia.

"Saya pikir akan sangat sulit untuk berdialog. Saat ini, publik sedang marah. Emosi kemarahan mereka telah bergejolak, jadi lebih sulit dari sebelumnya untuk menerima ini. Kami dapat mengatakan itu hampir pasti akan tertunda dan kemungkinan dialog semacam itu sangat kecil kemungkinannya pada saat ini," imbuh dia.

Sementara analis politik lain yang berbasis di Myanmar, Ye Tun, mengatakan setelah eksekusi ini diperkirakan akan terjadi aksi pembalasan oleh oposisi bersenjata. "Situasinya amat dan kemungkinan akan ada pembalasan," ucap dia.

Meskipun menuai banyak kecaman, juru bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan pada konferensi pers Selasa bahwa konsekuensi dari eksekusi telah sudah dipertimbangkan, dan keputusan eksekusi itu diambil untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang mati di tangan mereka.

"Kejahatan yang mereka lakukan pantas mendapatkan hukuman mati," kata Min Tun. "Oleh karena itu, pemerintah mau tidak mau memutuskan untuk melanjutkan hukuman sesuai dengan hukum, demi keadilan orang yang tidak bersalah dan kerabatnya," imbuh dia.

Junta mengatakan bahwa keempat aktivis dieksekusi atas tuduhan kejahatan menyerukan pemberontakan terbuka terhadap pemerintahan junta.

Kerusuhan di Penjara

Sementara itu juga dilaporkan bahwa aksi protes narapidana atas keputusan junta untuk mengeksekusi empat aktivis demokrasi berubah menjadi kekerasan di tiga penjara Myanmar pada Senin. Menurut seorang narasumber, kerusuhan tersebut telah mengganggu jalannya persidangan di satu lapas dan mengakibatkan sipir melepaskan tembakan di lapas lainnya.

Menurut juru bicara Asosiasi Mantan Tahanan Politik Myanmar, Tun Kyi, kerusuhan terjadi di Lapas Insein di Yangon, Lapas Oboh di Mandalay, dan Lapas Pyay di wilayah Bago. "Kerusuhan di Lapas Insein adalah yang paling sadis," kata narasumber itu. "Ada juga aksi protes di Oboh, Mandalay, yang mengakibatkan beberapa sipir melepaskan tembakan. Penembakan oleh sipir juga terjadi di Pyay," imbuh dia.

Selain kerusuhan di penjara, pasukan junta yang bersenjata lengkap pada awal pekan ini pun sedang mengintensifkan pencarian dan penangkapan di Mandalay dengan melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah dan kabarnya mereka telah menangkap sekitar 20 pemuda. setelah pengumuman eksekusi akhir pekan.

Penangkapan dilakukan dengan terutama menargetkan kaum muda, memeriksa ponsel mereka terkaitpostingdi media sosial apakah menuliskan ungkapan berkabung atas eksekusi empat aktivis atau mendukung revolusi melawan kudeta militer 1 Februari 2021.

"Seluruh kota digeledah. Orang-orang muda ditangkap karena dicurigai oleh pasukan rezim. Sekarang, di mana pun orang tinggal, hidup tidak aman," kata seorang warga Mandalay. RFA/I-1

Baca Juga: