Pertanian tidak hanya tentang bertani, tetapi juga tentang perawatan kehidupan. Manusia memakan hasil pertanian, maka pertanian harus dibudayakan dan minatnya meluas ke kaum milenial. Kenyataannya, di bidang ini, tren generasi muda masih belum mencakup kegiatan pertanian, dan masih banyak pandangan bahwa petani adalah pekerjaan tingkat rendah.
Saat ini, sektor pertanian belum menjadi magnet pekerjaan yang menarik minat generasi muda. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar ketiga bagi Jawa Barat. Peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian perlu dilakukan karena kebutuhan pangan setiap tahun semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan minat terhadap pertanian, pemerintah telah menyusun program yang disebut "Petani Milenial" melalui pemanfaatan teknologi dalam kegiatan pertanian yang kompleks dan cerdas. Rencana petani milenial ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan produksi ketahanan pangan setiap tahunnya.
Program Petani Milenial mendorong regenerasi pekerja di sektor pertanian dengan inovasi, ide, dan kreativitas. Dengan adanya petani milenial, sektor pertanian akan lebih segar dan memiliki citra baru yang menarik, disertai dengan pemanfaatan teknologi digital modern.
Uraian kegiatan yang dilakukan dalam Program Petani Milenial adalah pendataan potensi lahan, peluang pasar, identifikasi produk pertanian, pendataan petani milenial, peningkatan kapasitas, pendampingan penyediaan benih, benih, pupuk, pestisida dan peralatan. , dan Menyediakan fasilitas pembiayaan dan pemasaran produk. Mereka yang berusia antara 19-39 tahun dan akrab dengan inovasi teknologi pertanian dapat mengikuti Program Petani Milenium.
Petani milenial memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap produk pertanian yang akan mereka tanam. Sejauh ini, para petani milenial telah meraih banyak kisah sukses dengan produknya. Mereka bisa bekerja dengan bahagia di usia muda, menciptakan lapangan kerja, dan mendapatkan keuntungan dari bisnis produk pertanian mereka.
Petani milenial mampu mengubah cara bertani tradisional menjadi sistem bertani berbasis teknologi. Mereka menciptakan rumah kaca dan beberapa instrumen digital yang secara otomatis dapat melakukan penyiraman dan pemupukan atau pestisida secara teratur. Dengan berkembangnya teknologi digital, para petani milenial juga mengefisienkan sumber daya manusia dengan meminimalkan konsumsi energi dan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Irigasi pintar yang dikendalikan oleh smartphone adalah salah satu metode canggih yang digunakan oleh petani milenial. Dengan smart irigasi, petani tidak perlu langsung menyiram tanaman di lahan tanam, tetapi bisa diatur melalui aplikasi di smartphone yang terpasang.
Harapan selanjutnya adalah produk pertanian dapat menjadi alat persaingan internasional dengan meningkatkan kegiatan ekspor dan membatasi impor pangan, serta menjadi tumpuan kesejahteraan ekonomi nasional Indonesia. Pada saat ini tenaga muda sangat dibutuhkan sebagai penggerak kegiatan pertanian. Melihat peluang besar di bidang pertanian, generasi muda dengan literasi teknologi yang lebih tinggi harus menyebarkan manfaat kepada petani tradisional di daerah dalam rangka membangun kedaulatan pangan di Indonesia.