Meskipun daya tahan ekonomi tinggi, dampak pelambatan ekonomi global telah merembes ke Indonesia yang terlihat dari penurunan ekspor dan impor.

JAKARTA - Pemerintah menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional tetap resilient atau lentur di tengah tren pelambatan global. Meski demikian, pemerintah tetap mewaspadai sejumlah risiko yang membayangi perekonomian, terutama pada semester II-2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan era pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan secara di sejumlah negara mendorong pelemahan ekonomi global. Indikasinya, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur global dalam 8 bulan berturut-turut terkontraksi.

Dari 52 negara yang diobservasi, mayoritas PMI manufakturnya terkontraksi, sekitar 13 persen negara mengalami ekspansi namun melambat, sedangkan 34 persen negara dengan PMI mengalami ekspansi dan akselerasi, termasuk Indonesia.

Data Lembaga S&P Global menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia pada April 2023 mencapai 52,7 naik 0,8 poin dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 51,9. Indeks di atas 50 menunjukkan manufaktur ekspansi, sementara di bawah 50 mengindikasikan kontraksi.

"Ini menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia resilient di tengah kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara. Ini hal positif yang kita jaga," ujar Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2023 yang disiarkan melalui kanal Youtube Kemenkeu RI, Senin (22/5).

Selain itu, ekonomi Indonesia pada triwulan I-2023 tumbuh 5,03 persen di atas capaian pada triwulan IV-2022 sebesar 5,00 persen. Bahkan, capaian itu di atas ekspektasi pasar dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada periode sama sebesar 4,5 persen.

"Dari negara yang sudah merilis pertumbuhan ekonomi triwulan I-2023, Indonesia masih tergolong negara dengan pertumbuhan ekonomi masih sangat tinggi karena di atas 5 persen," jelas menkeu.

Pertumbuhan tetap disumbangkan oleh konsumsi rumah tangga tangga yang tumbuh sebesar 4,5 persen. Hal itu tak terlepas dari upaya pengendalian inflasi guna menjaga daya beli masyarakat agar tidak tergerus terlalu dalam.

Inflasi nasional per April 2023 tercatat sebesar 4,33 persen, lebih rendah dari dua bulan sebelumnya, yakni 5,0 persen pada Maret dan 5,5 persen pada Februari. Meskipun masih di atas target APBN 2023 sebesar 3,6 persen, tingkat inflasi Indonesia masih lebih baik ketimbang sejumlah negara lain yang masih di level dua digit.

Prospek Ekonomi

Ke depan, Menkeu menyatakan pemerintah tetap optimistis terhadap prospek perekonomian meskipun tetap mewapadai pelemahan ekonomi global. Optimisme tersebut didukung capaian PMI Manufaktur pada triwulan II-2023 dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada Maret sebesar 123,3, lebih tinggi dibandingkan pada Februari 2023 sebesar 122,4.

Menguatnya keyakinan konsumen pada Maret 2023 didorong oleh kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan terpantau meningkat dengan indikasi IEK pada Maret 2023 sebesar 133,5, lebih tinggi dari 132,5 pada Februari 2023.

Meski demikian, Menkeu memperingatkan tekanan global ke depan terus diwaspadai, menyusul dinamika geopolitik, volatilitas pasar, kerentanan perbankan AS maupun kontraksi manufaktur global. Dampak pelemahan ekonomi global akan merembet ke sejumlah negara meskipun ekonomi Indonesia masih tergolong resilient.

"Meskipun daya tahan ekonomo tinggi, kita mewaspadai dampak pelambatan ekonomi global yang rembesannya ke Indonesia terlihat dari pelambatan kinerja ekspor dan impor. Ini yang harus kita lihat pada paruh kedua tahun ini. Kita harus memitigasi risiko global tersebut," jelasnya.

Baca Juga: