» Pemerintah harus fokus mengantisipasi kuartal III dan IV agar ekonomi bisa tumbuh positif.

» RI resmi keluar dari resesi dan pertumbuhan pada kuartal II-2021 tertinggi sejak triwulan IV tahun 2004.

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen menunjukkan perbaikan ekonomi mulai terjadi dan konsisten dengan berbagai indikator utama seperti penjualan kendaraan bermotor yang meningkat setelah mendapat insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah.

Ekonom Senior M Chatib Basri dalam sebuah dialog di Jakarta, Kamis (5/8) mengatakan pertumbuhan penjualan mobil melesat menjadi 758,68 persen pada periode April-Juni menjadi 240.042 unit. Sedangkan, penjualan motor melonjak 268,64 persen menjadi 313.630 unit.

Indikator lainnya yaitu ekspor Indonesia juga meningkat tajam hingga 31 persen pada kuartal II yang ditopang oleh peningkatan aktivitas manufaktur dan kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar global.

"Hal itu menyebabkan penerimaan pajak tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun karena banyak disumbangkan sektor tradables khususnya ekspor," kata Chatib.

Selain itu, konsumsi rumah tangga mulai pulih dipicu oleh pelonggaran mobilitas selama kuartal II. Namun, lonjakan pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh faktor teknikal lantaran basis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 sangat rendah yakni minus 5,32 persen.

"Pertumbuhan tinggi ini terjadi karena data secara tahunan kita bandingkan dengan kuartal II 2020 yang waktu itu kontraksi atau minus 5,3 persen," kata Chatib.

Berbeda dengan Chatib Basri, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengingatkan agar pemerintah tidak berpuas diri dengan pencapaian tersebut karena pada periode April-Juni ekonomi banyak terbantu oleh belanja lebaran. Pertumbuhan diperkirakan kembali turun pada kuartal III (Juli-September), bahkan bisa terkontraksi di angka 1 hingga 2 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Dia mengakui kalau pencapaian tersebut berhasil membawa Indonesia keluar dari resesi ekonomi, namun pada kuartal berikutnya diproyeksikan kembali minus karena lonjakan kasus Covid-19 yang memaksa pemerintah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan PPKM Level 4.

"Ini bisa hanya pemulihan semu satu kuartal, konsumsi rumah tangga bisa melemah lagi, dan motor dari investasi juga terpengaruh dengan adanya PPKM. Realisasi investasi bakal delay atau tertunda, investor wait and see dulu kapan kasus harian turun signifikan dan mulai dilakukan pelonggaran," kata Bhima.

Hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana pemerintah fokus mengantisipasi kuartal ke III dan kuartal ke IV, agar ekonomi bisa tumbuh positif sepanjang tahun.

Dalam keterangan pers Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II mencapai tujuh persen.

Hal itu terlihat dari realisasi penanaman modal asing (PMA) hingga indeks keyakinan konsumen (IKK) yang terus membaik. Begitu juga dengan perkembangan ekspor dan impor juga sudah kembali normal termasuk belanja pemerintah.

Airlangga mengatakan, kenaikan harga komoditas seperti sawit, karet, nikel, tembaga, dan batu bara telah mendorong pemulihan ekonomi yang tercermin dari perbaikan kondisi perekonomian daerah sepanjang kuartal I 2021.

Keluar dari Resesi

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan Indonesia sudah resmi keluar dari resesi ekonomi seiring realisasi pertumbuhan pada triwulan II-2021 mampu menyentuh level positif hingga 7,07 persen (yoy).

"Secara teknis Indonesia sudah mengakhiri resesi karena resesi itu didefinisikan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi minimal dua triwulan berturut-turut," jelas Margo.

Ia juga memaparkan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 tertinggi sejak triwulan IV tahun 2004 yang saat itu PDB Indonesia tumbuh 7,16 persen.

Pencapaian positif itu jelas Margo masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi dengan porsi keduanya mencapai 84,93 persen.

Dalam kesempatan lain, Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso semakin optimistis penyaluran kredit lebih baik hingga akhir tahun sehingga mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dengan perbaikan itu, Direktur Utama Bank BRI itu semakin optimistis dengan momentum pemulihan ekonomi. Pertumbuhan kredit perbankan jelasnya juga menunjukkan tren perbaikan dan untuk pertama kalinya kredit positif sekitar 0,6 persen secara yoy pada Juni 2021 setelah selalu negatif selama 8 bulan berturut-turut sejak Oktober 2020.

"Pertumbuhan kredit BRI di segmen mikro tumbuh sebesar 17 persen yoy," katanya.

Baca Juga: