Pemerintah mempunyai preferensi jangka panjang agar pertumbuhan tetap terjaga positif dengan menyeimbangkan pemulihan ekonomi serta tetap menekan pandemi Covid-19.

JAKARTA - Pemerintah perlu menggenjot pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 untuk bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun ini. Langkah itu dinilai tepat sebab pertumbuhan ekonomi pada kuartal III lalu meleset. Apabila laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 terganggu, hal itu dapat menghambat pertumbunan secara tahunan.

"Perekonomian kuartal IV (2021) seharusnya tumbuh lebih tinggi, baik year on year (yoy) maupun kuartal ke kuartal (qtq)," tegas Ekonom Universitas Katolik Atjamaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, pada Koran Jakarta, Kamis (11/11).

Meski demikian, lanjut dia, nampaknya pemerintah mempunyai preferensi jangka panjang agar pertumbuhan tetap terjaga positif, walaupun tidak terlalu besar. Preferensi pemerintah dilakukan dengan menyeimbangkan pemulihan ekonomi serta tetap menjaga pandemi Covid-19 tidak meningkat lagi.

Pemerintah tidak akan membiarkan mobilitas masyarakat begitu longgar, namun masih memberikan ruang bisnis agar pertumbuhan ekonomi masih terjadi dan sektor riil masih tumbuh. Ketika ditanya apakah target pertumbuhan tahun ini bisa tercapai. Ia optimistis pertumbuhan tak akan lari jauh dari target pemerintah. "Prediksi saya pertumbuhan ekonomi pada 2021 tidak akan jauh dari 4 persen," ucap Suhartoko.

Seperti diketahui, pemerintah akan mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi pada 2021 sebesar 4 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tetap tumbuh positif pada Q3 pada 2021 yaitu sebesar 3,51 persen secara year on year (yoy). Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia tetap berlanjut dan terjadi resiliensi di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 pada kuartal III-2021.

"Q2 (kuartal II) kasus aktif Covid-19-nya lebih rendah dibanding Q3-2021. Kita ketahui bersama pada Q3-2021 kita melakukan pengereman dengan PPKM karena angka kasus harian Covid-19 yang tinggi sampai 574.315 kasus per hari. Meskipun demikian, kita masih bisa tumbuh positif terdorong oleh ekspor yang mencapai 29,16 persen (yoy) dan impor 30,1 persen (yoy)," ungkap Airlangga.

Beberapa sektor memiliki resiliensi yang cukup baik pada Q3-2021. Industri pengolahan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi, yaitu 3,68 persen, pertanian juga mengalami pertumbuhan, demikian pula kegiatan terkait properti.

Selain itu, sektor yang tumbuh tinggi yang dibantu juga oleh supercycle harga komoditas adalah pertambangan yang tumbuh 7 persen, kesehatan tumbuh 14 persen dan perdagangan yang masih bertahan di 9 persen.

Konsumsi Mayarakat

Untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Menko Airlangga menjelaskan bahwa domestic demand bergantung pada mobilitas. Seluruh provinsi saat ini berada pada level 1 dan 2. Hal ini tentu ini sangat mempengaruhi mobilitas. Diharapkan masyarakat tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar Covid-19 bisa terkendali dan pertumbuhan ekonomi bisa terus berlanjut.

Indeks Keyakinan Konsumen per Oktober 2021 sudah masuk dalam fase optimistis atau berada pada angka 113,4, lebih tinggi dibandingkan 95,5 pada September 2021. Penjualan eceran juga naik ke posisi 5,2 sehingga tentu dari segi sisi itu kita terlihat cukup baik. Kemudian, PMI Manufaktur juga sudah berada di 57,2.

"Jadi sebetulnya optimismenya ada. Jika pandemi bisa dikendalikan dan kita jaga sampai dengan Q4 maka pada Q4 tahun 2021 belanja pemerintah diperkirakan akan bisa meningkat," jelas Menko Airlangga.

Baca Juga: