» Perekonomian ke depan sangat bergantung penanganan kesehatan terutama pandemi Covid-19.

» Dalam membuat proyeksi, pemerintah diminta memasukkan pengaruh variabel non ekonomi.

JAKARTA- Melonjaknya kasus Covid-19 setelah libur Lebaran mulai membuat pemerintah ragu dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang telah disampaikan sebelumnya. Lonjakan tersebut dipastikan akan diikuti dengan kebijakan pengetatan pergerakan orang dan barang, sehingga konsumsi sebagai pilar utama pertumbuhan dipastikan terganggu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan pers secara daring mengenai realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (21/6) mengatakan seiring dengan kenaikan Covid-19, maka proyeksi baik batas bawah (under) maupun batas atas (upper) akan lebih rendah.

"Pada bulan lalu, kami menyampaikan proyeksi kuartal II-2021 di rentang 7,1-8,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Seiring dengan kenaikan Covid-19 sepertinya under dan upper-nya lebih rendah," kata Menkeu.

Meskipun lebih rendah dari perkiraan, namun dia yakin sudah berada di zona positif karena secara alamiah telah rebound dan recovery seiring meningkatnya aktivitas perekonomian dibanding kuartal II-2020 yang minus atau kontraksi 5,32 persen.

Dia mengakui, perekonomian ke depan masih sangat bergantung dari penanganan kesehatan terutama pandemi Covid-19, termasuk upaya peningkatan vaksinasi, dan efektivitas keberlangsungan protokol kesehatan.

Menanggapi kondisi tersebut, Peneliti Ekonomi Indef Nailul Huda mengatakan, dengan melihat tren meningkatnya kasus Covid-19 terbaru dapat dipastikan target pertumbuhan ekonomi yang dipatok Kemenkeu akan meleset.

"Kalau tidak salah kan berada di angka kurang lebih 7 persen. Menurut Indef maksimal 5 persen sebelum gelombang lanjutan ini. Seiring meningkatnya kasus Covid-19 belakangan ini pasti akan semakin menurunkan tingkat perekonomian. Orang-orang akan kembali turun aktivitas ekonominya," kata Nailul.

Dia pun berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua bisa di angka lima persen, namun skenario paling buruk bisa berada di angka tiga persen atau jauh dari 7 persen seperti yang dicanangkan pemerintah.

Kalau terjadi koreksi pada kuartal II-2021, maka otomatis akan memengaruhi proyeksi sepanjang tahun. Dia memperkirakan sepanjang tahun ini ekonomi Indonesia akan tumbuh di rentang 1,8-2,4 persen.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sangat optimistis ekonomi Indonesia bisa keluar dari resesi pada kuartal II- 2021 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti mengaku proyeksi ekonomi tumbuh 7 persen itu terlalu optimistis. Apalagi, dalam acara halal bihalal dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan bahwa tingkat okupansi atau keterisian kamar hotel hampir nol persen.

"Prediksi saya sampai akhir tahun 2021 kita masih akan merasakan dampak pandemi karena vaksinasi belum merata dan virus bermutasi lebih cepat. Orang yang sudah divaksin sekalipun belum tentu kebal virus Covid-19. Tahun 2022 dampak pandemi mulai berkurang, baru di 2023 ekonomi sudah pulih," kata Esther.

Menurut Esther, bisa tumbuh positif saja di triwulan II-2021 itu sudah disyukuri karena sektor konsumsi yang secara dominan mendorong Produk Domestik Bruto (PDB), belum pulih. "Jumlah pengangguran karena terdampak Covid-19 juga masih jutaan orang," kata Esther.

Variabel Non Ekonomi

Dalam kesempatan lain, Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya) Bambang Budiarto mengatakan, dalam mematok targat pertumbuhan, terutama dalam masa pandemi, pemerintah seharusnya turut memperhitungkan variabel non ekonomi.

"Ledakan Covid-19 akhir-akhir ini lebih karena faktor non ekonomi, dan hal ini sangat memungkinkan menyerempet indikator-indikator capaian, sehingga bagus kalau Menkeu menyadari hal ini lebih dini. Sejak awal memang perlu mempertimbangkan syok seperti ini, supaya tidak terlalu sering merevisi target pertumbuhan seperti tahun lalu. Resesi, sepertinya pun masih akan menemani ibu pertiwi," kata Bambang. n ers/SB/E-9

Baca Juga: