Pertumbuhan ekonomi yang merusak lingkungan hanya akan menciptakan masalah di masa depan.

JAKARTA - Untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi nasional yang cenderung stagnan di level 5 persen per tahun, maka diperlukan pendekatan yang berkelanjutan dan komprehensif agar bisa tumbuh di kisaran 6 persen ke atas. Pengamat ekonomi STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, Minggu (13/10), mengatakan ekonomi yang akan tumbuh secara berkelanjutan dan tinggi saat ini adalah ekonomi yang berpihak pada tiga elemen utama, yaitu people, planet, dan profit.

"Pertumbuhan ekonomi tidak cukup hanya dilihat dari peningkatan angka saja, tetapi harus mencakup dampak positif bagi masyarakat (people), menjaga keseimbangan lingkungan (planet), dan memastikan keuntungan yang berkelanjutan (profit). Kombinasi ketiga elemen ini adalah fondasi ekonomi masa depan yang kuat," ujar Aditya. Aditya menjelaskan bahwa ekonomi karbon dan transisi menuju energi hijau menawarkan peluang besar jika diterapkan dengan benar.

Namun, ia menegaskan pentingnya memastikan bahwa upaya ini turut melibatkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. "Transisi energi hijau harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dan memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat luas. Ini adalah inti dari people dalam pendekatan 3P," tambahnya. Dalam konteks planet, Aditya menyoroti bahwa keberlanjutan lingkungan adalah kunci pertumbuhan jangka panjang.

"Pertumbuhan ekonomi yang merusak lingkungan hanya akan menciptakan masalah di masa depan. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kita harus beralih ke teknologi hijau dan memprioritaskan praktik bisnis yang ramah lingkungan," jelasnya. Ia menegaskan bahwa untuk keluar dari jebakan negara pendapatan menengah atau middle income trap, reformasi struktural juga harus dilakukan di BUMN.

Selain itu diminta untuk meningkatkan efisiensi serta pastikan bahwa BUMN berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. "BUMN tidak hanya harus mengejar profit semata, tetapi juga perlu memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Reformasi yang berfokus pada prinsip 3P dapat membuat BUMN lebih kompetitif dan relevan di era globalisasi," kata Aditya. Dia juga mengajak semua pihak untuk berpikir strategis dan holistik dalam menerapkan reformasi ekonomi, dengan menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan manusia, lingkungan, dan keuntungan ekonomi demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

Reformasi BUMN

Sebelumnya, Tim Ekonomi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Laode Masihu, mengatakan ada dua poin bisa mengubah konstelasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di angka 5 persen, yakni ekonomi karbon, dan reformasi badan usaha milik negara (BUMN). Dua hal tersebut bisa membantu Indonesia untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.

Ekonomi karbon, baik sektor karbon hijau (green) atau karbon biru (blue) sama-sama dapat mendongkrak perekonomian Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan harga emisi dari kedua ekonomi karbon itu saat ini masih di angka lima dollar AS saja, masih dioptimalisasi dengan keandalan (realibility) big data, sehingga harga jual karbon bisa mencapai 20 dollar AS. Sementara untuk reformasi BUMN, menitikberatkan pada optimalisasi profesionalisme, dan berfokus pada perekonomian. "Benchmark-nya banyak, tapi yang paling dekat kayak Temasek.

Kira-kira kayak Temasek seperti itu. Ada juga yang di Tiongkok kan sama juga, mereka jadi profesional saja di situ dan fokusnya adalah ekonomi. Nah Presiden terpilih (Prabowo), dia punya alam pikiran seperti itu. Jadi, saya hanya menurunkan dalam bentuk data, dan kemudian dalam bentuk-bentuk program," kata Laode. Sebelumnya, Presiden terpilih, Prabowo Subianto, hingga saat ini tetap optimistis RI mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Sebab, bukan hal mustahil bagi Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, mengingat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat besar.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko, berharap pemerintahan baru serius mendorong manufakturisasi di dalam negeri. Hal itu dikatakannya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Pakar ekonomi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dian Anita Nuswantara, mengatakan, optimalisasi BUMN jika dilakukan dengan efesiensi dan menggandeng pelaku usaha kecil dapat menjadi daya dongkrak ekonomi karena sektor-sektor yang dikuasai BUMN perannya sangat strategis. "Sebetulnya potensi BUMN sebagai penggerak ekonomi besar sekali, karena sektor-sektor yang dikuasai sangat strategis.

Kalau belum, atau bahkan sampai rugi berarti ada yang belum tepat pengelolaannya. Pemerintah harus terus menjaga dan menekan BUMN agar melakukan efesiensi dan meningkatkan produktivitasnya, bekerja profesional, tanpa meninggalkan perannya dalam sektor- sektor dasar yang menguasai hajat hidup orang banyak. Juga, BUMN didirikan dengan uang negara, jadi jangan sampai meninggalkan usaha kecil karena UMKN selama ini terbukti menjadi jaring pengaman saat krisis.

Apalagi pandemi kemarin, BUMN mendapat suntikan, jadi sudah seharusnya menjadikan usaha kecil sebagai mitra, agar mereka bisa tumbuh dan menopang perekonomian. Menteri BUMN harus memprioritaskan produk lokal, jangan malah mendahulukan impor, seperti pertanian. Kebutuhan pangan sangat besar, kalau dari pertanian saja BUMN mau mengakomodasi produksi petani, dampak ekonomi sangat luas sekali," ujarnya.

Baca Juga: