PADANG - Ekonomi global cenderung mengalami perlambatan akibat dampak perang Ukraina dan Russia. Kondisi itu diperparah tensi geopolitik antara Israel dan Palestina serta kondisi yang terjadi di Laut Merah.

"Imbasnya, pertumbuhan perekonomian global melambat. Pada 2023, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global tumbuh sebesar 3,1 persen," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Endang Kurnia Saputra, di Padang, Sumbar, Jumat (15/3).

Namun, pada 2024, IMF mengoreksi perekonomian global maksimal hanya di kisaran 3,0 persen. "Sama halnya dengan IMF, BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya berkisar di angka 3,0 persen," sebut Endang.

Hal itu merupakan salah satu isu ketidakpastian ekonomi global yang disampaikan BI Perwakilan Sumbar. Seperti dikutip dari Antara, Endang menyebutkan ada sejumlah isu ketidakpastian, yang kini turut mempengaruhi perekonomian global sehingga berimbas ke tataran nasional termasuk Indonesia. "Ekonomi global ini sebetulnya sedang tidak baik-baik saja, karena ada lima isu ketidakpastian di tataran global," kata Endang.

Faktor kedua yakni inflasi yang biasanya terjadi di negara-negara maju, kini justru beralih ke negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, lonjakan harga cabai merah yang menyentuh 150 ribu rupiah per kilogram di tingkat pedagang. "Jadi, negara-negara seperti Indonesia ini mengalami tendensi ekonomi yang meningkat," ujarnya.

Kenaikan Suku Bunga

Selanjutnya, faktor ketiga yang mempengaruhi ekonomi global ialah kenaikan suku bunga yang cenderung tinggi dalam waktu yang panjang, serta di banyak negara, masyarakat lebih suka memegang uang tunai.

Mantan Kepala Deputi BI Perwakilan DKI Jakarta tersebut mengatakan fenomena itu juga terealisasi di ekonomi Indonesia. Sebagai contoh, masyarakat di Tanah Air lebih suka menyimpan uang tunai atau emas. "Hal itu bisa kita lihat dengan tingginya harga emas," ucap Endang.

Terakhir, adanya fenomena di tataran global berupa menguatnya mata uang dollar AS. Padahal, Amerika Serikat mengalami defisit anggaran dan perdagangan terutama dengan Tiongkok. Bahkan, Negeri Paman Sam itu memiliki utang yang cukup besar. Namun, hal itu tidak mempengaruhi nilai mata uang di negara itu dan justru menguat.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan ekonomi Indonesia triwulan IV-2023 tumbuh kuat dan meningkat di tengah perlambatan ekonomi global. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi global," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2023 tumbuh sebesar 5,04 persen secara year on year (yoy), naik dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy).

Baca Juga: