Pemerintah jangan menaruh target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi karena yang terjadi saat ini bukan krisis keuangan biasa.

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi RI tahun depan dinilai tak akan mencapai angka 5,2 persen seperti yang diproyeksikan Bank Dunia. Terlebih lagi dunia sudah mulai hati-hati dengan varian baru Omicron yang saat ini sudah mulai masuk Indonesia. Jika antisipasi lemah kasus varian ini akan meledak pada kuartal I tahun depan.

Peneliti Alpha Research Data Base, Ferdi Hasiman, mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun depan di bawah 5 persen, apalagi dengan varian baru Omicron ini.

"Lihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum nendang itu, masih berdarah darah. Itu artinya, investor belum yakin betul dengan economic recovery pemerintah," ujarnya pada Koran Jakarta, Minggu (19/12).

Ferdi menerangkan konsumsi memang sudah bisa meningkat karena sudah mulai normal aktivitas. Proyek infrastruktur pemerintah juga mulai jalan, tetapi itu tidak signifikan kalau tumbuh.

"Dunia juga belum pulih, pemerintah jangan naruh target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi. Ini bukan krisis keuangan biasa, tetapi krisis keuangan karena aktivitas tidak jalan akibat krisis kesehatan," ucapnya.

Pengendalian Covid-19

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi (IE) Institut Pertanian Bogor (IPB), Sahara, menegaskan kuncinya ialah pada pengendalian kasus Covid-19. Proyeksi Bank Dunia dibuat dengan asumsi kasus Covid-19 tidak meningkat.

"Akan tetapi jika kasus Covid-19 meningkat, tentu pertumbuhan akan lebih rendah. Angka 5 persen terlampau tinggi," ujarnya.

Ia menegaskan ekonomi itu akan tumbuh apabila mobilitas terjadi. Seperti kemarin, mobilitas sudah ada, masyarakat sudah keluar rumah, jasa transportasi bergerak, permintaan ke pakaian meningkat.

"Tetapi begitu ada kasus baru varian Delta meledak, semuanya kembali dalam rumah. Akibatnya konsumsi tertekan. Jangan sampai Omicron ini seperti Delta itu. Pemerintah harus antisipasi serius jangan sampai meledak," tegas Sahara.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan pemerintah optimistis Indonesia mampu menjaga momentum pemulihan ekonomi tahun 2021 hingga 2022.

Menurut Bank Dunia, kata dia, perekonomian Indonesia akan tumbuh 3,7 persen tahun ini. Pertumbuhan ekonomi akan menguat jadi 5,2 persen pada tahun 2022 jika Indonesia tidak kembali mengalami gelombang baru Covid-19.

Ia mengakui, pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan bagi perekonomian. Namun Indonesia masih dapat mengendalikan pandemi hingga sekarang. Walaupun ekonomi sempat mengalami perlambatan akibat adanya varian Delta antara Juli hingga Agustus, pertumbuhan perekonomian di Indonesia masih dapat ditangani dengan baik.

"Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 bisa mencapai 3,5-4 persen (yoy)," ujar Airlangga.

Vaksinasi saat ini sudah lebih 70 persen untuk Dosis-1 dan lebih dari 50 persen untuk Dosis-2. Vaksinasi untuk Lansia serta sudah dimulainya vaksinasi untuk anak. Berbagai kebijakan moneter maupun keuangan juga tetap akomodatif, mempertimbangkan berbagai potensi risiko maupun faktor ketidakpastian yang masih sangat tinggi, termasuk kemungkinan adanya penyebaran varian-varian baru Covid-19.

Baca Juga: