JAKARTA - Para pengamat ekonomi memperkirakan perekonomian nasional baru bisa tumbuh stabil pada 2022 mendatang. Hal itu didasarkan pada perkiraan semakin masifnya vaksinasi dan berbagai program lainnya untuk memulihkan perekonomian nasional.

Ekonom Senior, Chatib Basri, dalam webinar "Bincang APBN 2022", di Jakarta, Senin (18/10), mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen sangat berpotensi dicapai tahun depan jika pandemi mampu diatasi.

"Kalau kita mampu mengatasi pandemi di mana vaksinnya bisa dipercepat sampai triwulan I-2022 maka saya kira target 5,2 persen itu bukan sesuatu yang berlebihan," kata Chatib.

Pentingnya akselerasi vaksinasi itu, sebab jika belum mencapai 70-80 persen penduduk yang divaksin maka model pemulihan ekonomi kurvanya naik turun atau W shape.

"Itu yang membedakan antara negara seperti Indonesia dengan Amerika Serikat (AS)," kata Chatib.

Saat ini, katanya, tingkat vaksinasi di AS sudah di atas 50 persen, Singapura 80, dan Australia 80 persen, sehingga daya pemulihan ekonominya yang lebih tinggi dibanding Indonesia.

Kalau pemulihan masih W shape maka upaya memangkas belanja tidak bisa dilakukan karena pemerintah harus memberikan bantuan perlindungan sosial.

Secara terpisah, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan pemerintah semula berharap ekonomi bisa tumbuh 5,2 persen tahun ini, tetapi rasanya sulit karena berbagai pembatasan yang harus dilakukan.

"Kalau tahun depan, kita berpeluang tumbuh di atas 5 persen dan 5,2 persen masih bisa. Hal itu dengan asumsi pandemi semakin melandai, apalagi kalau tidak ada gelombang tiga kondisi ekonomi akan lebih baik," kata Imron.

Selain itu, harga komoditas juga mulai pulih seiring dengan pemulihan ekonomi global, sehingga produksi mulai meningkat dan berlanjut ke permintaan komoditas.

"Konsumsi kita bisa naik sampai 57 persen tahun depan, ditambah penanaman modal asing langsung yang kembali berdatangan karena melihat perbaikan-perbaikan yang ada," tuturnya.

Gelombang Ketiga

Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan pertumbuhan kembali ke level 5,2 persen pada 2022 bisa tercapai dengan catatan tidak ada peningkatan signifikan kasus positif Covid-19, terutama kekhawatiran jika terjadi gelombang ketiga.

Selain itu, insentif ke sektor riil, baik dari sisi konsumsi maupun produksi, harus dilanjutkan untuk menstimulasi perekonomian.

"Keseimbangan pengendalian penyebaran virus dan pelonggaran mobilitas masyarakat menjadi kunci terjadinya pertumbuhan ekonomi," kata Suhartoko.

Pada kesempatan lain, Ekonom Senior dari Narasi Institut, Fadli Hasan, mengatakan pertumbuhan 5,2 persen tercapai asal belanja pemerintah difokuskan pada kesehatan, perlindungan sosial dan pertanian.

Baca Juga: