Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dan swasta menjadi kunci utama keberhasilan implementasi ekosistem logistik nasional (NLE).

JAKARTA - Efisiensi proses logistik nasional perlu terus didorong guna memperkuat daya saing ekonomi nasional. Saat ini, biaya logistik nasional dinilai masih relatif besar. Peningkatan esifiensi tersebut diharapkan dapat menarik investasi asing.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan National Logistics Ecosystem (NLE) membuat proses logistik nasional menjadi lebih efisien melalui pengintegrasian layanan pemerintah dengan platform-platform logistik yang telah beroperasi. Menko Airlangga juga mengapresiasi para pemimpin kementerian dan lembaga yang telah berkolaborasi untuk memenuhi target penyelesaian Rencana Aksi (Renaksi) NLE.

"Renaksi NLE sampai dengan Desember 2022 telah mencapai 90,5 persen dari total sejumlah 42 Renaksi," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (25/1).

Layanan-layanan NLE tersebut telah diterapkan di 14 pelabuhan laut yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Belawan, Makassar, Pelabuhan Batam, Balikpapan, Merak, Samarinda, Kendari, Dumai, Palembang, Pontianak, dan Lampung.

Menko Airlangga juga menegaskan keberhasilan implementasi NLE sangat ditentukan oleh integrasi dan simplifikasi sistem layanan di pemerintah dan kolaborasi antara layanan G2G, G2B, dan B2B. Menurutnya, pemerintah juga perlu memastikan pelaku usaha atau pengguna jasa merasakan manfaat dari utilisasi layanan-layanan NLE yang telah dioperasikan.

Salah satu layanan NLE yakni Single Submission Pabean Karantina (SSm QC) dalam proses pemeriksaan bersama (joint-inspection) antara Bea Cukai dan Karantina, berhasil mengefisiensi waktu pemeriksaan hingga 22,37 persen dari seluruh proses serta menghemat biaya sebesar 33,48 persen atau mencapai 191,32 miliar rupiah.

Menko Airlangga juga mendorong untuk dilakukan percepatan penyelesaian penataan zonasi terminal peti kemas, sinkronisasi jalur kereta api dan peti kemas di pelabuhan, serta penyelesaian permasalahan lintas K/L terkait implementasi dan pengembangan NLE.

"Sinergi dan kolaborasi adalah kunci, karena menjaga resiliensi ekonomi dan memastikan tercapainya target pertumbuhan ekonomi membutuhkan kerja sama dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan implementasi NLE," tutupnya.

Tarik Investasi

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan penurunan biaya logistik bisa menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan investasi pada 2023.

"Menurunkan biaya logistik dari kondisi saat ini yang sebesar 23,5 persen PDB. Pembangunan infrastruktur perlu berkorelasi dengan efisiensi logistik," katanya, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi menyatakan ancaman resesi dan inflasi global yang akan menurunkan daya beli masyarakat dan menekan perekonomian nasional harus diantisipasi dengan pengembangan rantai pasok barang dan komoditas nasional.

"Pengembangan dan penguatan rantai pasok itu harus dilakukan secara sinergis, baik antarkementerian/lembaga, maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemetaan rantai pasok suatu komoditas harus secara end-to-end dilengkapi dengan perancangan sistem logistik yang sesuai," kata Setijadi beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan kolaborasi dan sinergi juga diperlukan antara penyedia dan pengguna jasa logistik untuk menjamin kelancaran proses distribusi barang dan komoditas.

Baca Juga: