“Kalau ada partai dari NU, dari kalangan PBNU yang tidak di-support oleh PBNU, apakah bisa ada? Apakah bisa besar? Saya yakin tidak karena faktanya ada partai di luar PKB yang berdiri di lingkungan NU itu menjadi partai gurem. Dahulu ada namanya PKU, PNU."

JAKARTA - Mantan politikus Partai Kebangkitan Bangsa Effendy Choirie atau Gus Choi mengatakan bahwa mantan partainya tidak akan pernah ada tanpa peranan mantan Presiden ke-4 RI Gus Dur dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

"Kalau ada partai dari NU, dari kalangan PBNU yang tidak di-support oleh PBNU, apakah bisa ada? Apakah bisa besar? Saya yakin tidak karena faktanya ada partai di luar PKB yang berdiri di lingkungan NU itu menjadi partai gurem. Dahulu ada namanya PKU, PNU," kata Gus Choi di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu (7/8).

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa PKB dapat menjadi besar seperti saat ini juga karena peranan Gus Dur dan PBNU.

Gus Choi menjelaskan bahwa mulanya keinginan NU mendirikan partai politik didasari perkembangan situasi masyarakat setelah presiden ke-2 RI H.M. Soeharto turun, kemudian reformasi dan demokrasi terbuka.

"Maka, kemudian NU menyambut aspirasi masyarakat NU itu dengan mengeluarkan surat tugas kepada sejumlah pengurus NU untuk mendesain, membuat rumusan-rumusan, dan pokok-pokok pikiran partai yang akan dibentuk ke depan," jelasnya.

Ia melanjutkan, "Maka, surat tugas itu diketuai oleh Ma'ruf Amin, lima orang, kemudian dibantu oleh sembilan orang tim asistensi, di situ kemudian membuat visi dan misi, pokok-pokok atau prinsip-prinsip berpolitik bagi partai yang akan didirikan oleh NU yang kemudian namanya berubah menjadi PKB."

Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa hubungan PKB dengan PBNU adalah historis, kultural, dan aspiratif.

"Kesimpulannya yang mendirikan PKB berarti NU. Dengan demikian, NU atau PBNU punya hak untuk mengevaluasi perjalanan PKB, mengoreksi bukan ikut campur karena memang sejarahnya begitu, atau menata ulang. Di sinilah bedanya Partai Kebangkitan Bangsa dengan partai-partai lain," katanya.

Sementara itu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan kesediaannya menjadi penengah atas konflik yang terjadi antara PKB dan PBNU.

Hal ini diutarakan Wapres dalam keterangan persnya usai meninjau MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo Kasongan, Kajen, Bangunjiwo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul, D.I. Yogyakarta, Rabu.

"Kalau keinginan mereka itu untuk saya dimintai sebagai orang yang bagaimana meng-islahkan, mendamaikan dengan tulus dengan ikhlas, saya sangat bersedia," kata Wapres dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Sebab, sambung Wapres, mendamaikan dua pihak yang berseteru merupakan perintah agama. Terlebih, dirinya merupakan salah satu pendiri PKB, dan juga pernah aktif di PBNU.

Baca Juga: