YOGYAKARTA - Penurunan harga daging ayam hingga di bawah harga pokok produksi menunjukkan tidak sehatnya kondisi industri peternakan di Tanah Air. Kondisi ini terjadi karena ketimpangan pelaku usaha ayam mulai dari perusahaan integrasi vertikal sampai peternak kecil.

Tak hanya tu, tidak adanya data akurat mengenai suplai dan permintaan atau supply-demand turut memberburuk kondisi di industri peternakan nasional. Jika terus berlanjut, kondisi tersebut dikhawatirkan menular ke bisnis pengunggasan ayam petelur. Permasalahan tersebut mendesak Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Petelur Nasional atau PNN menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PNN 2019, Sabtu (29/6), di Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Rapat tersebut diadakan oleh asosiasi yang menghimpun ribuan peternak dari 22 kabupaten/ kota di lintas provinsi ini untuk merumuskan sebuah solusi agar kecemasan mereka tidak terjadi. Hasilnya, mereka mengajak semua pihak yang terlibat dalam industri perunggasan petelur memperkuat kekompakan asosiasi dan memperbaiki kinerja.

"Penting untuk merintis pembentukan sistem Integrasi Horizontal Peternakan Rakyat yang melibatkan komunitas peternakan ayam petelur, pemerintah kabupaten/ kota, perguruan tinggi, dan pemitra pengembang usaha di setiap kabupaten/ kota. Hal ini nantinya akan berujung pada pembentukan koperasi perunggasan petelur yang kuat dan profesional," papar Ketua Presidium PNN, Yudianto Yogiarso.

Dalam jangka pendek, PPN bersama asosiasi-asosiasi lain juga akan bersinergi dengan pemerintah untuk mempermudah dan menjamin terpenuhinya kebutuhan peternak, khususnya, pemenuhan bahan baku pakan berupa jagung dengan harga wajar.

PPN bersama sejumlah asosiasi dan perguruan tinggi dalam waktu dekat akan membentuk tim independen yang mampu mendampingi peternak. Tim ini juga nantinya diharapkan mampu mengevaluasi dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait berbagai persoalan-persoalan internal maupun eksternal di lapangan.

YK/E-10

Baca Juga: