JAKARTA - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D mengemukakan pentingnya memperhatikan faktor budaya dalam menjalankan edukasi protokol kesehatan (prokes). "Hal ini termasuk dalam memberikan penyuluhan bagi warga Surabaya dan Bangkalandi Jawa Timur," katanya di Jakarta, Jumat (18/6).

Menurutnya, edukasi yang dilakukan kepada warga Surabaya dan Bangkalan metodenya berbeda. Ada budaya-budaya yang harus dipahami. Pernyataannya ini dikutip Antara dalam siaran persHumas Pemerintah Kota Surabaya di Surabaya.

Ia mengatakan bahwa tokoh masyarakat serta tokoh agama setempat sebaiknya dilibatkan dalam kegiatan edukasi dan penyuluhan protokol kesehatan. "Karenaitulah kita harus mengajak masyarakat untuk edukasi yang sama bukan hanya pemerintah saja," katanya.

Ia mendorong penggiatan upaya preventif untuk mencegah penularan virus koronameluas, termasuk dengan memasifkan pelaksanaan pelacakan, pemeriksaan, dan penanganan kasus. Menurutdia, Pemerintah Kota Surabayaperlu bekerja sama dengan Pemerintah KabupatenBangkalanuntuk mencegah persebaran kasus Covid-19 di kedua wilayah.

"Harus kerja sama antara Pemkot Surabaya dan Bangkalan, karena tujuannya sama, ingin saling menjaga dan melindungi agar perluasan virus ini tidak menyebar," katanya.

Mengenai penyekatan aksesSuramadu, Pandu mengatakan bahwa langkah itu merupakan bagian dari upaya membatasi mobilitas penduduk. Ini juga untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 melalui pelacakan, pemeriksaan, dan penanganan kasus.

"Dengan adanya virus baru ini, lebih bermutasi dan lebih menular, maka baik dari Bangkalan maupun Kota Surabaya benar-benar harus menjaga penduduknya agar tidak berimbas lebih banyak," katanya.

Menurut dia, kegiatan pemeriksaanCovid-19 di kedua sisi akses Suramadusebaiknya dijalankan terus sampai penularan mereda.

Baca Juga: