Jika semua program pembangunannya sudah berjalan optimal, EBT tentunya bakal memberikan efek berganda atau multiplier effect bagi perekonomian lokal dan nasional.

JAKARTA - Pemerintah mendorong pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT) di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). Kehadiran energi bersih ini sangat membantu mendorong kegiatan ekonomi masyarakat lokal.

Sebab, selama ini masyarakat pedalaman banyak bergantung pada genset berbahan bakar solar. Selain berbiaya mahal, masyarakat juga harus mengangkut solar dari kota yang jaraknya jauh.

Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memulai pengerjaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Kali Ombak Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Prosesi peletakan batu pertama berlangsung pada 12 April lalu.

Koordinator Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, I Gede Yudistira Kusuma, menjelaskan pembangunan PLTMH bagian dari program penyediaan pembangkit listrik energi terbarukan sebagai wujud pemanfaatan APBN tepat sasaran.

"Semoga pembangunan PLTMH Kali Ombak memberi manfaat dan pengembangan perekonomian masyarakat setempat berjalan lebih cepat," ungkap Gede di Jakarta, Rabu (13/4).

Dia menjelaskan pembangunan PLTMH Kali Ombak memiliki kapasitas terpasang sebesar 35 kilowatt (kw), untuk melistriki 55 rumah masyarakat di tiga kampung, meliputi Kampung Seni, Kampung Kurasso, dan Kampung Ossom.

Tak hanya itu, pembangkit itu juga untuk melistriki beberapa fasilitas umum, seperti gereja, sekolah, rumah guru, akopel guru, puskesmas, pustu, dan balai kampung. Pembangunan PLTMH ini mencakup pembangkit, jaringan, hingga instalasi sambungan listrik ke rumah-rumah warga.

Saat ini, Kementerian ESDM menempatkan tenaga Patriot Energi untuk ikut membantu mendampingi dan mengawasi selama proyek pembangunan PLTMH ini berjalan bahkan hingga masa pemeliharaan.

Seperti diketahui, PLTMH merupakan pembangkit listrik yang digerakkan oleh tenaga hidrolik air, dan teknologi PLTMH sudah diaplikasikan di Indonesia sejak puluhan tahun lalu di berbagai penjuru tanah air.

Adapun pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat tiga Kampung Distrik Mare Selatan hingga saat ini masih ditopang untuk genset berbahan solar. Dana untuk membeli solar diperoleh dari iuran warga setempat dan bantuan dana dari desa.

Saat solar sulit diperoleh, masyarakat menggunakan pelita sebagai sumber penerangan. Warga kampung sangat bersyukur atas program pembangunan PLTMH dan menyambut gembira karena nantinya akan memperoleh listrik secara gratis.

Efek Berganda

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Energi Watch, Mamit Setiawan, mengatakan jika semua program pembangunan EBT ini sudah berjalan optimal, energi ramah lingkungan tersebut tentunya bakal memberikan efek berganda atau multiplier effect bagi perekonomian lokal dan nasional.

Mamit menambahkan EBT bahkan bukan hanya untuk daerah yang memiliki potensi EBT yang diandalkan, tapi juga secara keseluruhan. "EBT sebagai sumber energi masa depan kita harus bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional," pungkasnya.

Baca Juga: