Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia tecermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan daring karena pandemi.

JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19, sektor ekonomi digital Indonesia tetap tangguh. Hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan sektor ekonomi digital secara keseluruhan di Tanah Air bernilai sebesar 44 miliar dollar AS pada 2020.

"Laporan tahun ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh dua digit, dipimpin oleh e-commerce dan media online," kata Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (24/11).

Menurut dia, dengan adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat, tetapi hasil riset itu menunjukkan hingga 2025 keduanya diperkirakan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah.

Memadukan analisis Google Trends, Temasek, dan Bain & Company serta sumber dari industri dan wawancara dengan pakar, laporan ini memerinci sektor mana saja yang menunjukkan performa terbaik dan yang paling terdampak pandemi. Hasil riset itu juga menunjukkan bahwa e-commerce naik 54 persen menjadi 32 miliar dollar atau sekitar 452,89 triliun rupiah (kurs saat ini: 14.152,76 rupiah per dollar AS) pada 2020, dari 21 miliar dollar pada 2019.

Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia juga tecermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan daring karena pandemi. Selain itu, ujar dia, pertumbuhan ekonomi internet yang mantap seperti ini juga terjadi di Asia Tenggara. Laporan menemukan bahwa ekonomi digital kawasan tersebut bertumbuh kian cepat akibat pandemi, mencapai 100 miliar dollar pada 2020 dan akan melampaui 300 miliar dollar pada 2025.

Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan daring baru karena Covid-19. Di Indonesia pun, 37 persen konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah.

Lebih dari setengah konsumen digital baru di Tanah Air (56 persen) berasal dari daerah nonmetro dan 93 persen dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi. Di samping itu, waktu daring rata-rata per hari selama pandemi untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemi menjadi 4,7 jam selama PSBB, kemudian 4,3 jam setelah PSBB.

Belanja "Online"

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, belanja online kosmetik meningkat sekitar 80 persen selama pandemi. Adanya adaptasi kebiasaan baru akibat pendemi, telah menggeser pola belanja dari offline menjadi online. Karena itu, pelaku industri kecil menengah (IKM) dituntut untuk bisa mencari peluang usaha di tengah kondisi pandemi.

"Social distancing menyebabkan konsumen menjadi lebih banyak waktu di rumah, sehingga lebih banyak waktu merawat kulit, badan, dan rambut akibatnya belanja permintaan untuk perawatan di rumah semakin meningkat menggantikan kebutuhan salon dan spa," jelas Gati saat pembukaan Virtual Expo IKM Kosmetik 2020, Selasa (24/11).

Guna memenuhi permintaan konsumen yang melonjak tersebut, Kemenperin mendorong agar pelaku IKM kosmetik terus meningkatkan produktivitasnya karena akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. "Untuk itu, kami juga meminta kepada mereka bisa berinovasi dalam menciptakan produk dan menjalankan bisnisnya," ungkap Gati.

ers/Ant/E-10

Baca Juga: