» Sudah banyak produk buatan dalam negeri yang memiliki kualitas bagus dan tidak kalah dengan produk asing.

» Platform e-commerce saat ini masih lebih banyak menjajakan produk impor.

JAKARTA - Kehadiran perusahaan rintisan yang kini menjelma jadi perusahaan raksasa perdagangan digital (e-commerce) memang memudahkan masyarakat dalam membeli aneka ragam kebutuhan. Namun di sisi lain, kehadiran platform perdagangan digital itu bisa mematikan produk lokal buatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi kalau etalase mereka lebih banyak diisi barang-barang impor.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki, saat menghadiri Forum Ekonomi Digital, di Jakarta, Senin (4/4), mengatakan e-commerce seharusnya meniru salah satu perusahaan BUMN, yaitu Sarinah, yang menampilkan 100 persen produk lokal dan mampu menarik banyak pengunjung.

"Saya tadi memberi contoh, Sarinah dengan 100 persen produk UKM yang ditampilkan, sekarang pengunjungnya membeludak. Saya kira ini juga harus ditiru oleh teman-teman e-commerce," kata Teten.

Menurut Teten, tidak benar jika ada anggapan bahwa hanya merek besar atau produk asing saja yang mampu menarik pengunjung, hal tersebut dibuktikan Sarinah setelah revitalisasi.

Sudah banyak produk buatan dalam negeri yang memiliki kualitas bagus dan tidak kalah dengan produk asing.

Kemenkop UKM, katanya, akan melakukan pendampingan, kurasi, kerja sama, dan kolaborasi untuk menciptakan UKM yang berkualitas.

"Saya kira pasar Indonesia cukup besar, dan ini juga saya kira tidak ada yang dirugikan jika fokus menjual produk dalam negeri," kata Teten.

Upaya itu, jelas Teten, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin mengangkat produk-produk dalam negeri. "Bapak Presiden pernah menyampaikan bahwa e-commerce itu harus dibanjiri produk UKM. Nah ini betul. Ini tentu juga komitmen dari pengelola e-commerce itu sendiri. Kalau market itu kan tergantung siapa yang menyediakan," kata Menkop.

Bahan Evaluasi

Kementerian Perdagangan (Kemendag) sendiri seperti disampaikan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, mengatakan akan memantau pasar daring atau e-commerce yang tidak memberi ruang bagi produk-produk nasional untuk masuk dan dijajakan secara digital.

"Kemendag clear bahwa produk buatan Indonesia harus ada kebijakan afirmatif. Kita juga memantau dan melihat e-commerce. Kalau mereka tidak mengusahakan dan tidak memberikan peluang produk-produk Indonesia itu di tempatnya mereka, ya mungkin ini jadi bahan evaluasi," kata Jerry.

Pemantauan, tambah Jerry, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin memberikan dukungan kepada UMKM dengan memberi ruang terhadap produk-produk Indonesia.

"Kami siap memfasilitasi hal tersebut," tukas Jerry. Pihaknya pun akan melihat sejauh mana e-commerce mendukung kepada produk-produk nasional," katanya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, yang diminta pendapatnya, mengatakan pemerintah perlu menetapkan indikator keberhasilan terhadap platform e-commerce dalam mendukung penyerapan produk dalam negeri.

"Keberadaan target, capaian, juga indikator keberhasilan adalah hal yang lebih utama daripada sekadar mencontoh keberhasilan pihak lain. E-commerce harus memiliki kekhususan dalam pengelolaannya, tidak sekadar mencontoh," kata Bambang.

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Adinova Fauri, mengatakan yang lebih penting adalah bagaimana menjembatani hambatan yang selama ini dihadapi UMKM, misalnya akses terhadap pembiayaan, bahan baku dan juga pasar agar bisa naik kelas, tidak hanya merambah lewat pasar e-commerce, tetapi juga tergabung dalam rantai nilai global.

Adapun Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip Semarang), Esther Sri Astuti, mengatakan platform e-commerce saat ini masih lebih banyak menjajakan produk impor, namun ke depan harus diarahkan ke produk lokal. Makanya, mereka sudah mulai menjalankan program pemberdayaan UMKM agar bisa join di platformnya.

Baca Juga: