Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan pelaksanaan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG) guna meningkatkan literasi kebencanaan di masyarakat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan pelaksanaan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG) guna meningkatkan literasi kebencanaan di masyarakat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta pada Minggu (1/10) menilai literasi kebencanaan masyarakat harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan guna meminimalkan risiko gempa bumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia.

"SLG menjadi strategi kami (BMKG) mewujudkan zero victim di wilayah-wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami, menekan potensi resiko pada tingkat minimal selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG," ujar Dwikorita saat gelaran SLG di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Dwikorita menekankan literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat, terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan.

Maka dari itu, menurut dia, membangun literasi kebencanaan yang kuat membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks, yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa.

"Kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana," tutur Dwikorita.

Kepala BMKG pun meminta pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi, kata Dwikorita, menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Dwikorita menjelaskan, Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di Indonesia karena posisinya yang berhadapan langsung dengan zona megathrust selatan Jawa yang memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,7.

Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut, kata Dwikorita, diperkirakan mencapai 14-18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38-46 menit.

Dampak guncangan akibat gempa tersebut, diperkirakan mencapai VII-VIII MMI, yang berarti merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat. Ant/I-1

Baca Juga: