SAO PAULO - Laporan koalisi organisasi lingkungan hidup, Penilaian Deklarasi Hutan, yang dirilis Senin (23/10), menyebutkan dunia bergerak terlalu lambat dalam memenuhi janji untuk mengakhiri deforestasi pada 2030 dan kerusakan akan semakin parah.

Dikutip dari The Straits Times, lebih dari 140 negara, yang mewakili sebagian besar wilayah hutan di dunia, berjanji pada pertemuan puncak iklim PBB 2021 di Glasgow untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya dan degradasi hutan pada akhir dekade ini.

Namun, laporan tahunan itu mengatakan deforestasi meningkat sebesar 4 persen di seluruh dunia pada 2022 dibandingkan dengan 2021, dengan sekitar 66.000 kilometer persegi hancur. Hal ini berarti dunia sudah 21 persen keluar jalur untuk mengakhiri deforestasi pada 2030.

"Hutan dunia sedang berada dalam krisis. Peluang untuk mencapai kemajuan sudah kita lewati," kata Erin Matson, konsultan senior di kelompok lingkungan hidup Climate Focus.

Laporan ini dilakukan oleh koalisi masyarakat sipil dan organisasi penelitian yang menilai kemajuan menuju janji penghapusan deforestasi pada 2030.

Hal ini termasuk janji Glasgow dan Deklarasi Hutan New York pada 2014, yang berisi sejumlah negara serta puluhan perusahaan terbesar di dunia yang membuat komitmen serupa.

Menurut penelitian tersebut, upaya untuk melestarikan hutan tua tropis, yang dihargai karena kandungan karbonnya yang padat dan kekayaan keanekaragaman hayati, berada di luar jalur sebesar 33 persen, dengan hilangnya 4,1 juta hektare pada 2022.

Dana Publik

Dalam jumpa pers, para peneliti yang terlibat dalam laporan tersebut menekankan dana publik tahunan sebesar 2,2 miliar dollar AS yang disalurkan ke proyek-proyek untuk melindungi hutan setiap tahun hanyalah sebagian kecil dari investasi yang dibutuhkan.

Studi ini juga melihat lebih dari sekadar deforestasi untuk menganalisis degradasi hutan, di mana seorang peneliti memperkirakan luas hutan yang terdegradasi jauh lebih besar dibandingkan dengan luas deforestasi global.

"Penyebab degradasi hutan mencakup aktivitas penebangan kayu, penggembalaan ternak, dan pembangunan jalan," kata Climate Focus.

Namun, Franziska Haupt, penulis utama dan mitra pengelola di Climate Focus, mengatakan, beberapa bagian dunia mengalami kemajua.

Haupt mengatakan sekitar 50 negara berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri hilangnya hutan, di mana Brasil, Indonesia, dan Malaysia menunjukkan penurunan deforestasi secara drastis. "Harapan tidak hilang. Negara-negara ini memberikan contoh jelas yang harus diikuti negara lain," ujar Haupt.

Brazil, yang bertanggung jawab atas sekitar 30 persen deforestasi dunia, telah mengalami perubahan yang signifikan, dengan adanya pemerintahan baru yang lebih berkomitmen untuk memerangi deforestasi dibandingkan pemerintahan sebelumnya.

"Hal ini menunjukkan apa yang bisa terjadi jika negara-negara yang memiliki undang-undang dan peraturan yang baik benar-benar berinvestasi dalam menegakkan undang-undang tersebut," kata Darragh Conway, yang memimpin bidang hak untuk Penilaian Deklarasi Hutan.

Baca Juga: