NEW YORK - Penyedia data BloombergNEF (BNEF), pada Selasa (30/1), melaporkan belanja global untuk transisi energi ramah lingkungan mencapai rekor tertinggi seiring upaya dunia mengendalikan perubahan iklim, namun belanja tersebut masih belum cukup untuk mencapai emisi nol bersih.

Dikutip dari The Straits Times, total pengeluaran melonjak 17 persen tahun lalu menjadi 1,8 triliun dollar AS. Hal ini mencakup investasi untuk memasang energi terbarukan, membeli kendaraan listrik, membangun sistem produksi hidrogen, dan menerapkan teknologi lainnya. Ditambah dengan investasi dalam membangun rantai pasokan energi ramah lingkungan, serta pembiayaan sebesar 900 miliar dollar AS, maka total pendanaan pada tahun 2023 mencapai sekitar 2,8 triliun dollar AS.

Menurut BNEF, rekor pengeluaran tersebut mencerminkan semakin mendesaknya upaya internasional untuk memerangi perubahan iklim menjelang tahun terpanas yang pernah tercatat, dan bahkan diperkirakan akan terjadi lebih banyak panas pada tahun ini.

Namun, dunia perlu berinvestasi dua kali lebih besar pada teknologi ramah lingkungan agar dapat mencapai emisi nol pada pertengahan abad ini. "Peluangnya besar dan belanja semakin cepat, namun kita perlu berbuat lebih banyak lagi," kata Wakil Kepala Eksekutif BNEF, Albert Cheung.

Total pengeluaran untuk transisi energi tahun lalu jauh di bawah angka lebih dari 4,8 triliun dollar AS yang diperkirakan BNEF setiap tahunnya mulai tahun 2024 hingga 2030, agar dunia berada pada jalur net zero.

Tingkatkan investasi

BNEF memperingatkan negara-negara perlu berbuat lebih banyak lagi di tahun-tahun mendatang. Cheung memperkirakan investasi perlu meningkat sebesar 170 persen agar dunia bisa mencapai net zero.

"Kita berada di bagian kurva yang terjal, dan kita akan melihat pertumbuhan pesat dalam belanja setiap tahunnya. Tetapi, apakah kita berada di jalur menuju net zero, itu adalah pertanyaan yang sulit," katanya.

Tiongkok tetap menjadi pasar terbesar sejauh ini dengan pengeluaran sebesar 676 miliar dollar AS pada tahun lalu. Namun, jumlah tersebut hanya meningkat 6 persen dibandingkan tahun 2022. Jika dibandingkan, investasi di AS, Inggris, dan Eropa tumbuh sebesar 22 persen menjadi total gabungan sebesar 718 miliar dollar AS.

Hal ini sebagian didorong oleh insentif dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi, undang-undang iklim utama AS, yang mulai memberikan dampak signifikan. Penjualan kendaraan listrik yang kuat di Inggris serta meningkatnya permintaan energi terbarukan di seluruh Eropa juga membantu meningkatkan jumlah tersebut.

Baca Juga: