» Dunia akan ditimpa kelangkaan pangan yang menyebabkan harga pangan melambung.

» Indonesia tidak alami ancaman defisit pangan jika potensi kelautan dimanfaatkan serius.

JAKARTA - Perubahan iklim tidak hanya mengancam kesehatan planet, tetapi juga kesejahteraan masyarakat serta perekonomian. Deputi bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Vivi Yulaswati, menyatakan ini bukan sekadar masalah lingkungan, melainkan persoalan pembangunan yang kompleks dan saling terkait.

Pada 2050, jumlah penduduk dunia diprediksi akan meningkat hingga mencapai 10 miliar jiwa sehingga dibutuhkan pasokan pangan lebih besar.

Berdasarkan analisis World Resources Institute (WRI) United Nations (UN), dunia membutuhkan tambahan pasokan pangan lebih dari 56 persen. "Jika hanya mengandalkan pertanian daratan, lahannya sudah terbatas dan tidak mungkin diperluas. Untuk itu, Pangan Biru menjadi solusi masalah ini," kata Vivi.

Agenda Biru Nasional, katanya, merupakan salah satu fokus yang sedang diimplementasikan Indonesia dan sudah menjadi bagian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Ekonom Celios, Nailul Huda, yang diminta pendapatnya mengatakan dengan meningkatnya kebutuhan pangan seiring dengan penambahan jumlah penduduk dunia maka akan ada kelangkaan pangan yang menyebabkan harga pangan melambung, sehingga tidak semua penduduk bisa mengaksesnya.

"Pekerjaan rumahnya (PR) ada dua, yakni menambah produktivitas dan mencari subtitusi pangan yang ada (termasuk pangan biru)," paparnya.

Menurut Nailul, kalau hanya mengandalkan subtitusi pangan dengan ekonomi biru, tidak akan bisa mencukupi gizi masyarakat. Sebab, ada gizi, nutrisi, dan kandungan lainnya yang hanya bisa dihasilkan dari pangan daratan. "Jadi dua-dua nya harus jalan. Menambah produktivitas bisa dengan menaikkan efisiensi yang didukung penggunaan teknologi," katanya.

Pangan Biru

Sementara itu, pakar pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya, Ramdan Hidayat, mengatakan pangan biru atau blue food merupakan solusi ideal dalam pemenuhan kebutuhan pangan di tengah potensi lonjakan penduduk dunia, dan sebagai negara maritim Indonesia memiliki keunggulan untuk memanfaatkan potensi sumber daya lautnya.

"Blue food bisa dikatakan merupakan masa depan dari pemenuhan pangan Indonesia karena sumber daya laut kita melimpah. Kalau berjalan ini sekaligus menjadi solusi mengurangi impor karena laut kita memiliki potensi besar untuk pangan biru," kata Ramdan.

Sumber daya berlimpah tersebut memberikan peluang besar bagi sektor perikanan dan industri makanan laut. Kelimpahan pangan laut juga menjadi keunggulan karena memungkinkan untuk ikan beregenerasi sehingga jumlah ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasinya, bisa memenuhi konsep pangan yang berkelanjutan.

Dari sisi kesehatan, pemenuhan gizi juga sangat baik karena tinggi protein dan rendah lemak, bisa menjadi diversifikasi pangan untuk pengganti daging atau ayam, dengan harga yang relatif ekonomis. Selain dari hasil tangkapan di lautan, banyak penduduk yang melakukan budi daya tambah seperti di banyak kawasan pesisir, potensi pengembangan blue food sangat luas," tuturnya.

Dihubungi terpisah, pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Centre (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, mengatakan pangan dari laut sangat bisa diandalkan mengatasi ancaman defisit pangan di masa depan. Sebab, populasi terus meningkat, tetapi produktivitas pangan daratan turun. Indonesia, jelasnya, tidak mengalami kendala dengan ancaman defisit pangan daratan jika potensi kelautan dimanfaatkan secara serius.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan pertanian daratan memiliki keterbatasan lahan yang tidak mungkin diperluas lagi. Oleh karena itu, fokus beralih ke pangan biru menjadi langkah yang krusial dalam mencapai ketahanan pangan global.

"Pangan biru mengacu pada pemanfaatan sumber daya laut dan air tawar untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Penggunaan sumber daya laut, seperti perikanan berkelanjutan dan budi daya laut, menjadi elemen utama dalam konsep pangan biru," kata Aditya saat dihubungi, Jumat (8/12).

Selain itu, optimilisasi penggunaan air tawar untuk kegiatan pertanian perairan juga menjadi bagian integral dari solusi pangan biru. Pendekatan itu tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga mengurangi tekanan terhadap lahan daratan yang semakin terbatas.

Baca Juga: