JAKARTA - Kondisi perekonomian dalam negeri dihadapkan pada sejumlah risiko akibat dampak penyesuaian suku bunga beberapa bank sentral, inflasi, hingga kenaikan harga komoditas global. Meski demikian, dunia bisnis, terutama pelaku industri keuangan, optimistis mampu membukukan kinerja tahun ini lebih baik dari periode sebelumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan kondisi perekonomian dalam negeri dibayangi pelambatan ekonomi global. Meskipun demikian, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional ke depan akan tetap kuat, setelah tumbuh 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2023. "Perkiraan ini didukung membaiknya keyakinan konsumen, dan menguatnya daya beli sebagai dampak dari penurunan inflasi," katanya.
Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan optimistis ekonomi nasional aman dari tekanan ekonomi global pada 2023. Menurutnya, pasca pandemi, masyarakat membelanjakan lebih dari 50 persen uangnya untuk konsumsi rumah tangga dan investasi, dari yang sebelumnya selama pandemi tertahan.
Optimistis tersebut menjadi pijakan kuat pelaku industri keuangan nonbank, termasuk asuransi, menghadapi 2023, selain capaian kinerja bisnis pada 2022. Perusahaan asuransi Manulife Indonesia pada 2022 meraih kinerja positif walaupun berada di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang menantang dan industri asuransi mengalami tekanan setelah pulih dari pandemi Covid 19.
"Walaupun mengalami tahun yang penuh tantangan pada 2022, kami mencatatkan kinerja bisnis yang solid untuk membantu jutaan nasabah dan keluarganya dalam melindungi masa depan mereka," tutur Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland kepada pers di Jakarta, Jumat (26/5) sore.
Dikatakan pula, sepanjang 2022, pendapatan premi asuransi mencapai 10 triliun rupiah dan total pendapatan sebesar 12,6 triliun rupiah. Manulife Indonesia juga membukukan total aset sebesar 60 triliun rupiah dan menjadi perusahaan asuransi jiwa dengan aset kedua terbesar di Indonesia.
Dia menambahkan, Manulife Indonesia juga menunjukan posisi permodalan yang jauh melebihi ketentuan pemerintah sebesar 120 persen, dengan Risk-Based Capital (RBC) 587 persen di bisnis konvesional dan 664 persen untuk unit syariah.
Periode Menantang
Sebelumnya, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon mengakui 2022 merupakan tahun tantangan karena perekonomian belum stabil. Hal itu terlihat dari pendapatan industri asuransi jiwa hanya sebesar 223 triliun rupiah atau menurun 7,5 persen jika dibandingkan periode sama 2021 (yoy).
Menurut Ryan Charland, loyalitas nasabah diraih karena adanya kepercayaan nasabah kepada Manulife Indonesia. Kepercayaan itu juga didukung dengan kepastian pencairan klaim.