Dunia telah memberi perhatian penuh pada penyakit kanker sebagai salah satu silent killer tertinggi di dunia. Bentuk perhatian antara lain dengan memperingati Hari Kanker Sedunia tiap tanggal 4 Februari. Namun begitu, eksistensi penyakit ini tetap sulit dibendung.

Tahun lalu, tidak kurang dari 18,1 juta pengidap kanker dengan korban meninggal 9,8 juta jiwa. Kemenkes mencatat prevalensi tumor atau kanker Indonesia meningkat dari 1,4 per seribu penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per seribu penduduk tahun 2018. Penderita terbanyak berada di Yogyakarta. Datanya, 4,86 per 1.000 penduduk, kemudian Sumatera Barat 2,47 per 1.000 penduduk, dan Gorontalo 2,44 per 1.000 penduduk.

Kematian akibat kanker penduduk Indonesia berada nomor 23 Asia. Datanya, tiap 100.000 warga, 136 di antaranya meninggal karena kanker. Orde Baru, khususnya mendiang Presiden Soeharto sendiri, juga telah fokus pada penyakit ganas ini, antara lain dengan mendirikan RS Dharmais yang fokus menangani penyakit kanker.

Sekarang peralatan semakin canggih, sehingga optimisme penderita kanker juga membaik. "Tapi jujur saja, sebenarnya, kanker tidak bisa sembuh total. Maka, yang merasa sudah sembuh dari kanker, tetap harus kontrol," ujar salah satu "mantan" penderita Kanker, Lucy (61). Lucy yang telah beroperasi kanker payudara (kanan) tahun 2002 saat berusia 44, kini terus kontrol enam bulan sekali. Dia tak mau tinggal diam karena tahu penderitaan pengidap kanker berat.

"Kalau yang belum mengalami, mungkin tidak bisa merasakan penuh derita pasien kanker. Menurut saya, kalau sudah divonis kanker, dinikmati saja," ujar janda yang kini menjadi aktivis Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Lebakbulus ini. Lucy mengatakan, para "mantan" pasien kanker saling mendukung. Maka, setiap mendengar ada pasien kanker, dia berusaha mendampingi. "Ini kebetulan saya mendengar ada pasien kanker dari Papua, tidak ada keluarga. Namanya Florentina. Saya lalu ke sini," ujar warga Kelapa Gading, Jakut, ini saat ditemui di ruang 506 RS Dharmais, Jakarta, Kamis (29/8).

Florentina (Tina) asal Papua telah operasi kanker payudara (kiri) tahun 2015 dan Kamis (29/8) kemarin operasi kanker batu empedu. Saat ini selain YKI, Lucy juga aktivis di Cancer Information and Support Center (CISC). Sedangkan CISC merupakan komunitas kanker sejak 2003. Lembaga ini mau memberi dukungan serta layanan informasi untuk masyarakat kanker dan awam. Cabangnya ada di 10 kota.

"Saya melihat benar bahwa dukungan antarpasien sangat menguatkan sesama penderita. Maka, saya terus berusaha hadir untuk mereka. Apalagi anak-anak sudah besar-besar, sehingga saya banyak waktu," tambah Lucy. wid/E-3

Baca Juga: