Dudley Stephens adalah merek pakaian yang didirikan oleh Lauren Stephens, Kaki McGrath, dan ibu mereka, Bonnie Dudley, pada tahun 2015. Merek ini dikenal dengan produk-produk "berkinerja tinggi, ramah lingkungan, dan cocok untuk pemakaian sehari-hari." Dalam satu dekade perjalanan mereka, Dudley Stephens telah menjual lebih dari 445.000 produk kepada lebih dari 330.000 pelanggan, dengan total pendapatan melebihi 45 juta dolar AS dan tingkat pengembalian pelanggan yang mencapai 60%.
Keberhasilan Dudley Stephens tidak hanya terletak pada penjualan dan pendapatan, tetapi juga pada komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Sejak awal, mereka berfokus pada pengurangan limbah dengan mendaur ulang lebih dari tujuh juta botol plastik dan mengolah lebih dari 2.000 potong pakaian melalui program DS Renew. Selain itu, mereka telah menyumbangkan 200.000 dolar AS melalui inisiatif DS Gives, yang ditujukan untuk membantu wanita dan anak-anak yang membutuhkan.
Dilansir dari Entrepreneur, Latar belakang kedua pendiri ini adalah mereka membawa kekuatan dan keahlian yang berbeda ke dalam merek ini. Lauren memiliki pengalaman di bidang PR mode dan kecantikan, bekerja untuk merek-merek ternama seperti Gucci, Calvin Klein, dan L'Oreal. Kaki, di sisi lain, berpengalaman dalam pemasaran loyalitas, terutama di Momentum Worldwide dan Starwood. Kombinasi keahlian ini memberikan landasan yang kuat bagi Dudley Stephens.
Cerita di balik pendirian merek ini dimulai ketika Lauren dan Kaki menyadari kebutuhan akan pakaian yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan. Setelah Lauren pindah ke pinggiran kota Connecticut dan Kaki baru saja menikah, mereka merasakan kekurangan akan pakaian yang serbaguna. Inspirasi datang dari ibu mereka yang baru membeli kapal dan membutuhkan pakaian yang sesuai untuk dikenakan di kapal dan saat makan malam. Momen ini menjadi titik awal bagi mereka untuk menciptakan perusahaan yang bisa memenuhi kebutuhan pakaian multigenerasi.
Dengan dukungan investasi kecil dari ayah mereka, mereka segera memproduksi sampel produk pertama. Salah satu produk unggulan mereka, turtleneck Cobble Hill, menjadi favorit di kalangan pelanggan. Kesuksesan produk ini menunjukkan bahwa mereka telah menemukan "produk pahlawan" yang mampu menarik perhatian wanita dari berbagai kalangan. Untuk mendukung produk ini, mereka memproduksi berbagai warna dan variasi desain, yang membuat pelanggan ingin kembali lagi dan lagi.
Strategi awal mereka adalah untuk memulai dengan inventaris rendah. Mereka menciptakan enam gaya pakaian dan memesan 100 unit dari masing-masing gaya, lalu memberitahukan semua orang yang mereka kenal. Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial dan dukungan dari influencer, mereka berhasil menjangkau audiens yang lebih luas. Pada tahun 2015, tren e-commerce dan influencer sedang naik daun, dan Dudley Stephens berhasil memanfaatkan momentum ini untuk memperkenalkan produk mereka.
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Mereka menghadapi tantangan ketika permintaan produk meningkat, sering kali mengecewakan pelanggan karena produk cepat habis. Meskipun situasi ini sulit, terutama karena mereka mengelola semua aspek bisnis sendiri sambil hamil, mereka tetap berkomitmen untuk memberikan layanan pelanggan yang baik. "Kami melakukan segalanya, dari pengemasan hingga layanan pelanggan. Itu adalah saat-saat yang sulit, tetapi kami merasa sangat terikat dengan merek kami," ungkap Lauren.
Pandemi COVID-19 membawa tantangan baru, namun juga membuka peluang. Permintaan untuk pakaian yang nyaman dan fungsional meningkat pesat, dan selama bulan-bulan awal pandemi, penjualan mereka melambung tiga kali lipat. Namun, mereka juga harus melakukan perombakan total pada rantai pasokan mereka karena kehilangan akses ke pabrik mereka. Pengalaman ini mengajarkan mereka pentingnya diversifikasi dalam bisnis.
Keberlanjutan telah menjadi inti dari misi Dudley Stephens. Meskipun saat itu keberlanjutan tidak menjadi perhatian utama banyak retailer mode, mereka selalu memiliki visi untuk membangun merek yang berkelanjutan. Sekarang, 90% dari bahan yang digunakan untuk produk mereka terbuat dari bahan daur ulang, dan mereka bekerja keras untuk mencapai 100% keberlanjutan dalam produksi mereka.
Dudley Stephens mencapai titik impas pada tahun 2018, yang memungkinkan mereka untuk membayar gaji tetap kepada karyawan dan mulai merekrut staf penuh waktu. Sejak saat itu, penjualan mereka terus tumbuh secara signifikan, bahkan mencapai tiga kali lipat setiap tahun. Lauren dan Kaki sangat bangga dengan komunitas pelanggan yang telah mereka bangun, di mana banyak pelanggan berbagi cerita tentang pengalaman mereka menggunakan produk Dudley. Beberapa pelanggan bahkan menulis untuk berbagi bagaimana mereka mengenakan turtleneck Dudley saat menjalani perawatan di rumah sakit, menunjukkan dampak positif dari produk ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
"Dudley Stephens bukan hanya sekadar merek pakaian; kami menciptakan komunitas dan menginspirasi orang untuk merasa baik dan terlihat baik," kata Kaki. Mereka juga mencatat bahwa pelanggan setia memiliki rata-rata lima pesanan dan memiliki lima hingga enam potong produk Dudley dalam koleksi mereka.
Bagi Lauren dan Kaki, tantangan adalah bagian dari proses pembelajaran. Mereka mengingatkan bahwa perfeksionisme adalah mitos. "Semua orang bisa memperbaiki dan mengembangkan sesuatu seiring berjalannya waktu, tetapi Anda harus mulai dari suatu tempat," kata Lauren. Kaki menambahkan, "Kami mencoba mengubah setiap negatif menjadi positif. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar."
Dengan dedikasi mereka terhadap keberlanjutan, kualitas, dan pelanggan, Dudley Stephens telah berhasil menciptakan merek yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan. Keberhasilan mereka adalah inspirasi bagi banyak pengusaha lain yang ingin memulai usaha dengan misi yang lebih besar. Dudley Stephens terus menunjukkan bahwa dengan komitmen, kreativitas, dan keinginan untuk berinovasi, sebuah merek dapat tumbuh dan berkembang sambil memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.