Namun hubungan keduanya kadang memanas terutama jika menyangkut bahasa dan juga wilayah Olivença yang disebut kota yang hilang.
Portugal dan Spanyol merupakan dua negara bertetangga di Semenanjung Iberia. Namun hubungan keduanya kadang memanas terutama jika menyangkut bahasa dan juga wilayah Olivença yang disebut kota yang hilang.
Barney Jobson, wartawanFinancial Timesyang berbasis di Madrid, pernah menulis pada laman media tersebut. Ketika ia menulis bagian email yang menurutnya paling tidak berbahaya, namun ternyata malah membuatnya mendapat masalah.
"Saya mengetik tanda tangan saya dengan tergesa-gesa tanpa berpikir, dan teguran dari pejabat Portugis itu cepat dan tegas. 'Tolong, jangan katakansaludos. Itu kata yang sangat Spanyol'," tulis mereka.
Bahasa Spanyol untuk "salam" dan tanda tangannya, telah menariknya ke ranah psikodrama Portugal-Spanyol yang ditempa oleh sejarah, kebanggaan, dan stereotip pedas. Bahkan ada pepatah lama yang mengatakan bahwa kedua negara itu adalah "dua negara yang berpaling" dalam mencari teman, perdagangan, dan ide.
Jobson menulis, Portugal menyimpan rasa takut yang mendalam terhadap tetangganya yang lebih besar, yang berakar pada invasi, pertumpahan darah, dan ancaman dari Spanyol selama berabad-abad. Jumlah penduduk dan luas wilayah Portugal sendiri saat ini kira-kira seperlima dari Spanyol.
Pada tanggal 1 Desember, negara itu menandai pembebasannya pada tahun 1640. Kala itu bangsa itu selama 60 tahun diduduki oleh Castile, kerajaan yang tumbuh menjadi negara Spanyol. Terkurung oleh tetangganya, Portugal selalu mencari dukungan dari sekutu maritim tertuanya yaitu Inggris.
"Jika Portugal berpaling, itu karena cara Portugal untuk mempertahankan diri adalah dengan tidak pernah memprovokasi dan menjaga jarak," kata Rafael Valladares, seorang sejarawan Spanyol di negara itu.
Pada kenyataannya banyak orang Portugis dapat memahami bahasa Spanyol karena bahasanya mirip dan fonetik bahasa Spanyol sangat sederhana. Namun orang Portugis senang membingungkan orang Spanyol dengan memberi jawaban dalam bahasa mereka sendiri.
Portugal mungkin pernah jatuh dari negara terkaya di dunia dan menjadi negara termiskin di Eropa barat, tetapi orang-orangnya sering kali masih merasa lebih unggul secara budaya daripada orang Spanyol, yang menurut sebagian orang mereka bersikap amat kasar dan sombong.
Namun demikian, menurut Jobson, di wilayah perbatasan justru perbedaan budaya antara Portugal dan Spanyol memudar. Orang Galisia bisa dibilang memiliki lebih banyak kesamaan dengan Portugal utara daripada dengan wilayah Spanyol lainnya. Fakta lainnya yaitu orang Portugis membeli bensin di Spanyol karena pajaknya lebih rendah dan sebaliknya orang Spanyol membeli makanan di Portugal karena harganya yang lebih murah.
Namun ada juga potensi pertikaian seperti Olivenza, desa perbatasan yang telah menjadi wilayah sengketa sejak diduduki oleh Spanyol pada tahun 1801. Saat ini pemerintah di Lisbon, yang menyebutnya Olivença, bersikeras bahwa desa itu milik Portugal. Menurut Jobson, saat ini ada gairah dari orang Portugis untuk mendapatkan kembali desa wilayah itu ke pangkuannya. hay/I-1