TOKYO - Dua menteri Jepang pada Senin (17/10) memberikan penghormatan di kuil kontroversial yang oleh negara-negara tetangga dilihat sebagai simbol militerisme Jepang di masa lalu, saat negara itu memperingati akhir Perang Dunia II.

Kuil Yasukuni di Tokyo menjadi tempat penghormatan bagi 2,5 juta orang yang tewas perang, sebagian besar orang Jepang yang tewas sejak akhir abad ke-19. Namun kuil itu juga mengabadikan tokoh militer dan politik senior yang dihukum karena kejahatan perang oleh pengadilan internasional pasca Perang Dunia II.

Kunjungan ke kuil oleh pejabat pemerintah telah membuat marah negara-negara yang menderita di tangan militer Jepang sebelum dan selama perang, terutama Korea Selatan dan Tiongkok.

Sanae Takaichi, menteri keamanan ekonomi, dan Kenya Akiba, menteri untuk rekonstruksi di wilayah Tohoku utara yang dilanda bencana, memberikan penghormatan di kuil itu.

Takaichi adalah pengunjung tetap Yasukuni dan dekat dengan mantan perdana menteri Shinzo Abe.

"Tahun ini, ada perang di Ukraina. Saya berdoa agar tidak ada lagi orang yang tewas dalam perang," kata Takaichi kepada wartawan, seraya mengatakan dia telah mengucapkan "terima kasih" kepada korban perang yang diabadikan di sana.

Menteri Perdagangan Yasutoshi Nishimura juga mengunjungi kuil tersebut pada akhir pekan.

Namun Perdana Menteri Fumio Kishida memilih untuk mengirimkan persembahan pohon "masakaki" sebagai gantinya pada Senin (17/10).

Perdana menteri Jepang tidak pernah mengunjungi kuil itu sejak 2013. Abe adalah perdana menteri yang terakhir berkunjung. Kedatangannya ke kuil memicu kemarahan di Beijing dan Seoul dan mendapat teguran diplomatik dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat.

Kantor Kishida mengatakan kepada AFP bahwa dia memberikan persembahan itu atas biaya pribadinya dan "melalui seorang wakil, dalam kapasitasnya sebagai presiden Partai Demokrat Liberal".

Dalam beberapa bulan terakhir, Kishida telah mendesak hubungan yang lebih hangat dengan Korea Selatan, dengan mengatakan kedua negara "tidak boleh membuang waktu" dalam meningkatkan hubungan, setelah bertahun-tahun ketegangan karena masalah masa perang.

Pada hari yang sama, Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako menghadiri upacara nasional untuk menandai peringatan 77 tahun penyerahan Jepang dan berakhirnya Perang Dunia II.

Baca Juga: